Tren tebusan di pegadaian meningkat jelang Lebaran
28 Mei 2019 18:37 WIB
Petugas menaksir emas milik nasabah di Kantor Pusat Pegadaian, Jakarta, Menjelang Lebaran 2019, masyarakat lebih cenderung menebus barang gadai emasnya. (ANTARA /Aprillio Akbar)
Surabaya (ANTARA) - Tren masyarakat untuk menebus barang di pegadaian mengalami peningkatan, dan akan terus meningkat dalam sepekan terakhir menjelang Lebaran 2019, dengan jenis barang 98 persen emas.
Direktur Pemasaran dan Pengembangan Produk PT Pegadaian Harianto Widodo di Surabaya, Selasa mengatakan untuk kantor wilayah Surabaya dalam kurun empat hari terakhir tebusan mencapai Rp23 miliar dan diprediksi akan terus bertambah
Ia mencatat, secara akumulasi dalam dua pekan terakhir total tebusan bisa mencapai sekitar Rp1,5 triliun.
Harianto menjelaskan, pola penebusan yang massif menjelang Lebaran menunjukkan adanya kelebihan likuiditas, dan sejumlah nasabah juga membutuhkan barang miliknya.
"Jadi bukan banyak yang menggadaikan, melainkan justru banyak yang menebus. Dan orang yang mengakses layanan Pegadaian bukan orang yang terhimpit, justru malah menebus," katanya.
Untuk tren menggadaikan, kata dia, hanya terjadi pada awal Ramadhan dan kebutuhan untuk menggadaikan bukan untuk pemenuhan konsumtif tapi mayoritas untuk menambah stok dagangan atau jualan.
Secara nasional, pegadaian menargetkan pertumbuhan sebesar 15 persen dengan nilai outstanding loan sebesar Rp5 triliun, dan dari nilai itu, bisnis PT Pegadaian masih didominasi transaksi gadai yang mencapai 80 persen, sisanya 20 persen transaksi non-gadai.
"Pertumbuhan transaksi setiap tahun selama tiga tahun terakhir hanya mampu single digit, namun untuk produk baru yang merupakan transaksi non-gadai bisa tumbuh 40 persen hingga 60 persen per tahun, dan ini menunjukkan respon masyarakat yang positif," katanya.
Ia berharap, transformasi bisnis Pegadaian terus berkembang, karena layanan pegadaian masih dibutuhkan untuk era sekarang.
"Upaya transformasi disesuaikan dengan kondisi yang ada. Salah satunya dengan layanan berbasis aplikasi yakni Pegadaian Digital, dimana nasabah bisa menabung emas," katanya.
Baca juga: Pegadaian gelar program "April Emas" dongkrak jumlah nasabah
Baca juga: Pegadaian bukukan laba bersih Rp2,77 triliun
Direktur Pemasaran dan Pengembangan Produk PT Pegadaian Harianto Widodo di Surabaya, Selasa mengatakan untuk kantor wilayah Surabaya dalam kurun empat hari terakhir tebusan mencapai Rp23 miliar dan diprediksi akan terus bertambah
Ia mencatat, secara akumulasi dalam dua pekan terakhir total tebusan bisa mencapai sekitar Rp1,5 triliun.
Harianto menjelaskan, pola penebusan yang massif menjelang Lebaran menunjukkan adanya kelebihan likuiditas, dan sejumlah nasabah juga membutuhkan barang miliknya.
"Jadi bukan banyak yang menggadaikan, melainkan justru banyak yang menebus. Dan orang yang mengakses layanan Pegadaian bukan orang yang terhimpit, justru malah menebus," katanya.
Untuk tren menggadaikan, kata dia, hanya terjadi pada awal Ramadhan dan kebutuhan untuk menggadaikan bukan untuk pemenuhan konsumtif tapi mayoritas untuk menambah stok dagangan atau jualan.
Secara nasional, pegadaian menargetkan pertumbuhan sebesar 15 persen dengan nilai outstanding loan sebesar Rp5 triliun, dan dari nilai itu, bisnis PT Pegadaian masih didominasi transaksi gadai yang mencapai 80 persen, sisanya 20 persen transaksi non-gadai.
"Pertumbuhan transaksi setiap tahun selama tiga tahun terakhir hanya mampu single digit, namun untuk produk baru yang merupakan transaksi non-gadai bisa tumbuh 40 persen hingga 60 persen per tahun, dan ini menunjukkan respon masyarakat yang positif," katanya.
Ia berharap, transformasi bisnis Pegadaian terus berkembang, karena layanan pegadaian masih dibutuhkan untuk era sekarang.
"Upaya transformasi disesuaikan dengan kondisi yang ada. Salah satunya dengan layanan berbasis aplikasi yakni Pegadaian Digital, dimana nasabah bisa menabung emas," katanya.
Baca juga: Pegadaian gelar program "April Emas" dongkrak jumlah nasabah
Baca juga: Pegadaian bukukan laba bersih Rp2,77 triliun
Pewarta: A Malik Ibrahim
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019
Tags: