Manado (ANTARA) - Kepala Stasiun Klimatologi Minahasa Utara, Johan J. Haurissa memperkirakan puncak musim kemarau di Sulawesi Utara (Sulut) pada Agustus hingga September.

"Namun puncak musim kemarau di beberapa daerah berbeda-beda," sebut Haurissa di Manado, Selasa.

Di Kota Manado dan sekitarnya, misalnya, puncak musim kemarau diperkirakan berlaku pada bulan Agustus 2019.

Selanjutnya, untuk wilayah daratan bagian utara Sulut puncak musim kemarau terjadi pada bulan Agustus 2019, sedangkan untuk wilayah daratan selatan diprediksi pada bulan September 2019.

Sementara, khusus daerah Kabupaten Bolang Mongondouw Selatan, puncak musim kemarau diprediksi terjadi pada bulan Februari 2020.

"Menghadapi kondisi puncak kemarau perlu diwaspadai wilayah yang rentan terhadap bencana yang ditimbulkan oleh curah hujan yang rendah antara lain kekeringan meteorologis, kebakaran hutan dan lahan serta berkurangnya persediaan air bersih," ujarnya.

Haurissa menambahkan, Indonesia memiliki sebanyak 342 Zona Musim (ZOM), dan awal musim kemarau 2019 diprediksi mulai masuk pada April 2019 di sebagian wilayah Nusa Tenggara, Bali dan Jawa sebanyak 79 ZOM (23,1 persen).

Sedangkan wilayah-wilayah yang diprediksi awal musim kemarau pada Mei 2019 sebanyak 99 ZOM (28,9 persen) meliputi sebagian Bali, Jawa, Sumatera dan sebagian Sulawesi.

Kemudian sebanyak 96 ZOM (28,1 persen) akan masuk awal musim kemarau di bulan Juni 2019 di Sumatera, Jawa, Sulawesi, Maluku dan Papua.

Jika dibandingkan terhadap rerata klimatologisnya (periode 1981-2010), awal musim kemarau di Indonesia sama dengan rata-ratanya 127 ZOM (37,1 persen), mundur sebanyak 128 ZOM (37,4 persen), dan maju sebanyak 97 ZOM (25,5 persen).*


Baca juga: Pola angin di wilayah utara Indonesia pengaruhi cuaca Maluku
Baca juga: Perusahaan pelayaran angkutan mudik diminta waspadai cuaca buruk