UNICEF: serangan sekolah di Afghanistan melonjak tiga kali lipat
Para siswa menjalani perawatan di sebuah rumah sakit setelah jatuh sakit di provinsi Herat, Afghanistan, Sabtu (11/4). Pihak berwenang di Afganistan barat menyelidiki apakah 100 siswa yang dirawat di rumah sakit Sabtu kemarin diracun, kata polisi, sehari setelah lima pekerja kemanusiaan yang diculik oleh Taliban ditemukan tewas. Anak-anak berumur 10-14 tahun itu jatuh sakit setelah mereka memakan kacang dari sebuah pedagang di luar sekolah yang mengatakan bahwa makanan tersebut akan membantu mereka lulus ujian, menurut keterangan kepala polisi Herat Abdul Jabar Rozi. (REUTERS/Mohammad Shoib)
Badan dunia yang menggalakkan pendidikan dan hak-hak anak itu mengatakan jumlah serangan terhadap sekolah di Afghanistan melonjak dari 68 pada 2017 menjadi 192 sepanjang 2018. Lonjakan itu merupakan yang pertama kalinya sejak 2015 saat peningkatan serangan mencapai rekor.
"Pendidikan di Afghanistan sedang dijadikan sasaran," kata Direktur Eksekutif UNICEF, Henrietta Fore. "Serangan tak masuk akal terhadap sekolah, yang menewaskan, melukai bahkan menculik para pengajar, dan ancaman terhadap pendidikan menghancurkan harapan dan mimpi seluruh generasi anak-anak."
Lebih dari 1.000 sekolah di seluruh Afghanistan masih ditutup karena ancaman keamanan dari sejumlah kelompok seperti Taliban dan ISIS, yang mencari sasaran empuk untuk serangan dengan tujuan memperluas dan memperkuat pengaruh mereka melalui intimidasi.
UNICEF menuturkan bahwa penggunaan gedung sekolah sebagai pusat pemungutan suara selama pemilihan parlemen tahun lalu kemungkinan menjadi faktor di balik peningkatan serangan.
Afghanistan memiliki populasi kalangan muda dan tumbuh cepat namun sekitar 3,7 juta anak-anak, atau hampir setengah dari seluruh anak-anak usia sekolah, tidak mendapat pendidikan formal, menurut UNICEF.
Sumber: Reuters
Baca juga: Orang bersenjata bakar sekolah putri di Afghanistan Utara
Baca juga: Bom Hantam Bus Sekolah
Baca juga: Prancis kutuk pemboman sekolah di Kabul
Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2019