Jakarta (ANTARA News)- Kurs rupiah Kamis pagi melemah di atas angka batas psikologis Rp9.400 per dolar AS, akibat berbagai faktor yang menekan pasar uang domestik. Nilai tukar rupiah itu turun menjadi Rp9.410/9.415 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rep9.370/9.375 per dolar AS atau melemah 40 poin. Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, di Jakarta, Kamis, mengatakan faktor-faktor negatif yang menekan pasar antara lain menguatnya harga minyak mentah dunia yang hampir mencapai 100 dolar As per barel dan kekhawatiran atas inflasi 2007 yang mencapai 6,5 persen. Karena itu, keterpurukan rupiah dinilai wajar, berkenaan dengan kuatnya tekanan negatif itu. Pasar saham regional yang melemah juga memberikan pengaruh negatif, sehingga rupiah merosot cukup tajam. Selain itu, Bank Indonesia (BI) saat ini cenderung melepas kurs rupiah sesuai dengan kehendak pasar, karena tekanan pasar cukup kuat. BI, menurut dia kemungkinan akan melihat lebih dulu momentum untuk bisa masuk pasar. Jadi tidak tergesa-gesa melakukan intervensi untuk menahan tekanan negatif tersebut. "Kami optimis tekanan itu hanya sementara, dan tidak berlangsung lama,"katanya. Ia mengatakan, BI sebenarnya sudah masuk pasar sejak 2007 yang menahan rupiah terus berada di bawah level Rp9.400 per dolar AS. Ini merupakan tahap awal bagi BI untuk kembali melakukan intervensi pasar, namun BI masih menunggu untuk mengetahui berapa besar gejolak itu, ucapnya. Rupiah selama 2007 bergerak dalam kisaran antara Rp9.375/Rp9.400 per dolar AS bahkan cenderung berada di bawah level Rp9.400 per dolar AS. Namun kemerosotan rupiah hingga di atas level Rp9.400 per dolar AS pada tahun ini, karena kekhawatiran yang berlebihan. Sementara dolar AS terhadap yen melemah menjadi 109,42 dan euro terhadap dolar menguat jadi 1,4707. Dolar AS melemah, setelah data ekonomi AS menunjukkan tanda-tanda merosot. (*)