Dinkes: Tidak ada penderita DBD di Kepri
24 Mei 2019 15:13 WIB
Petugas kesehatan Tanjungpinang memeriksa kebersihan rumah warga untuk mencegah menjangkitnya DBD. (Antaranews Kepri/Ogen) (Antaranews Kepri/Ogen/)
Tanjungpinang (ANTARA) - Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau menyatakan demam berdarah dengue (DBD) yang sempat menyerang wilayah itu selama beberapa bulan, sekarang sudah tidak ada lagi.
"Jumlah penderita DBD di Kepri, nol, sudah tidak ada lagi," kata Kadis Kesehatan Kepri Tjetjep Yudiana, di Tanjungpinang, Jumat.
Tjetjep mengatakan penyakit DBD sempat khawatir warga, meski tidak dapat dipungkiri masih banyak pihak yang tidak peduli dengan penularan penyakit itu.
Dia mengatakan jumlah penderita penyakit DBD di Kepri hingga Februari 2019 mencapai 360 orang, kemudian berangsur-angsur berkurang. Penderita DBD paling banyak di Batam dan Tanjungpinan Jumlah tersebut jauh lebih kecil dibanding akhir tahun 2018.
"Tahun ini ada dua orang penderita penyakit itu meninggal dunia. Mereka warga Tanjungpinang dan Batam," katanya.
Ia mengemukakan, Natuna dan Kepulauan Anambas tidak terdapat penderita DBD sejak beberapa bulan terakhir. Hal itu disebabkan permukiman warga tidak terlalu padat, dan warga tidak memberi ruang bagi nyamuk untuk berkembang biak.
"Jangan menjadikan rumah sebagai ternak nyamuk. Buang air pada wadah, bersihkan bak mandi secara rutin," ujarnya.
Upaya yang dilakukan satu atau beberapa keluarga mencegah nyamuk berkembang biak tidak akan berhasil bila tetangganya tidak melakukan hal yang sama.
Hal itu disebabkan nyamuk dalam waktu sebentar dapat berpindah tempat. Karena itu, Tjetjep memberi apresiasi kepada Pemkot Tanjungpinang yang mengajak jajarannya dan warga untuk bergotong-royong membersihkan rumah dari sarang nyamuk.
Namun hal itu harus diikuti camat, lurah hingga di tingkat RW dan RT secara rutin sehingga kondisi lingkungan tidak ada sarang nyamuk. "Itu yang belum terlihat. Jika ingin menangani masalah ini seharusnya dimulai dari hulu, dari rumah dan lingkungan sekitar rumah, bukan dari hilir," ujarnya.
"Jumlah penderita DBD di Kepri, nol, sudah tidak ada lagi," kata Kadis Kesehatan Kepri Tjetjep Yudiana, di Tanjungpinang, Jumat.
Tjetjep mengatakan penyakit DBD sempat khawatir warga, meski tidak dapat dipungkiri masih banyak pihak yang tidak peduli dengan penularan penyakit itu.
Dia mengatakan jumlah penderita penyakit DBD di Kepri hingga Februari 2019 mencapai 360 orang, kemudian berangsur-angsur berkurang. Penderita DBD paling banyak di Batam dan Tanjungpinan Jumlah tersebut jauh lebih kecil dibanding akhir tahun 2018.
"Tahun ini ada dua orang penderita penyakit itu meninggal dunia. Mereka warga Tanjungpinang dan Batam," katanya.
Ia mengemukakan, Natuna dan Kepulauan Anambas tidak terdapat penderita DBD sejak beberapa bulan terakhir. Hal itu disebabkan permukiman warga tidak terlalu padat, dan warga tidak memberi ruang bagi nyamuk untuk berkembang biak.
"Jangan menjadikan rumah sebagai ternak nyamuk. Buang air pada wadah, bersihkan bak mandi secara rutin," ujarnya.
Upaya yang dilakukan satu atau beberapa keluarga mencegah nyamuk berkembang biak tidak akan berhasil bila tetangganya tidak melakukan hal yang sama.
Hal itu disebabkan nyamuk dalam waktu sebentar dapat berpindah tempat. Karena itu, Tjetjep memberi apresiasi kepada Pemkot Tanjungpinang yang mengajak jajarannya dan warga untuk bergotong-royong membersihkan rumah dari sarang nyamuk.
Namun hal itu harus diikuti camat, lurah hingga di tingkat RW dan RT secara rutin sehingga kondisi lingkungan tidak ada sarang nyamuk. "Itu yang belum terlihat. Jika ingin menangani masalah ini seharusnya dimulai dari hulu, dari rumah dan lingkungan sekitar rumah, bukan dari hilir," ujarnya.
Pewarta: Nikolas Panama
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019
Tags: