Jakarta (ANTARA) - Gerakan Indonesia Anti Teror (GIAT) menyebut kericuhan yang terjadi pada 21 Mei hingga 22 Mei 2019 merupakan ujian demokrasi.

"Kami menyampaikan rasa duka yang sedalam-dalamnya dan mendoakan kesembuhan bagi yang terluka, baik di sisi demonstran maupun aparat keamanan. Peristiwa ini merupakan ujian dari demokrasi," ujar Koordinator Nasional Garda Matahari yang merupakan salah satu anggota GIAT, Muhammad Azrul Tanjung, di Jakarta, Jumat.

GIAT juga mendorong seluruh elemen bangsa untuk mengambil hikmah dibalik dinamika politik elektoral 2019 sebagai ujian bersama menuju pencapaian kematangan demokrasi.

"Kami juga mengapresiasi pihak pasangan capres-cawapres, Prabowo-Sandi yang mengambil langkah konstitusional ke Mahkamah Konstitusi," jelas dia.

Baca juga: Meski masih ditutup, Thamrin ramai lalu lalang warga Jakarta

Pihaknya juga mengapresiasi soliditas aparat TNI dan Kepolisian yang telah bekerja untuk mengamankan dan mengendalikan situasi. Sehingga fasilitas publik dapat dimanfaatkan kembali oleh masyarakat.

"Kami mengutuk keras kelompok yang mendompleng dan memanfaatkan aksi damai menjadi aksi yang berujung bentrok dan menelan banyak korban," ujarnya.

Azrul juga meminta agar aparat mengusut tuntas dalang dan jaringan perusuh demo 21-22 Mei 2019 karena GIAT berkesimpulan bahwa tragedi berdarah yang menelan korban tujuh meninggal 247 luka dan melibatkan rusaknya properti rakyat dan asrama Polri bertendensi menjadi tes kasus dan prakondisi kembalinya teroris di Indonesia.

"Kami juga mendorong rakyat untuk mengambil peran aktif sebagai benteng pertahanan bangsa dari rongrongan disintegrasi dan pagar sosial bagi setiap aksi teror di wilayahnya masing-masing," imbuh dia.

Baca juga: Sejumlah ibu-ibu berikan kartu simbol terima kasih kepada Brimob

Baca juga: Lalu lintas Jalan KS Tubun kembali ramai lancar