Jakarta (ANTARA) - Seorang warga berinisial S (33) asal Bima, Nusa Tenggara Barat terjebak selama 15 jam di atas tumpukan barang bekas di sekitar gedung Sarinah Jakarta Pusat saat menghindari kericuhan yang terjadi di depan kantor Bawaslu Pusat, Rabu(22/5) malam.

"S" yang baru ditemukan oleh petugas kebersihan pada Kamis sore pukul 15.00 WIB segera dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan, Jakarta Pusat, untuk diberikan perawatan.

“Katanya pasien melarikan diri sejak pukul 22.00 (Rabu,22/5 malam),” kata Rizky Futari Renggana, dokter RSUD Ciracas yang menjadi tim medis yang berjaga di kawasan Sarinah.

S diketahui bukan merupakan peserta aksi massa yang melakukan protes hasil Pemilu 2019 di depan kantor Bawaslu, melainkan pendatang dari Bima, Nusa Tenggara Barat, yang sedang mencari kerja di Jakarta. "Dia menyebut kepada tim medis bahwa hanya melihat aksi di lokasi sampai kericuhan terjadi," kata Rizky.

Menurut Rizky, S mengaku terkena luka tembak di bagian punggung kiri sehingga merasa takut mengalami kondisi yang lebih buruk jika berjalan jauh untuk mencari pertolongan.

Namun setelah diobservasi justru tidak ada luka tembak melainkan luka tumpul.

“Entah itu benar luka tembak atau selongsong gas air mata, tapi yang jelas saya bilangnya trauma tumpul, luka lecet dan pasien kelelahan,” kata Rizky.

Kalau pun benar luka tembak, lanjutnya, kemungkinan asalnya dari senapan angin.

Ketika ditemukan, S berada dalam keadaan sadarkan diri. Hingga ketika dibawa ke RSUD Tarakan, kondisinya juga menunjukkan hal positif, ujar Rizky.

“Kondisinya stabil, tanda vital semua bagus, pasiennya sadar, bisa bergerak semua cuma terbatas kakinya saja,” katanya.

Dia juga mengungkapkan, warga asal Bima ini mengikat kaki dengan baju untuk menekan rasa sakit di punggung, namun justru membuat kakinya kram. Sejauh ini, tim medis hanya melakukan penanganan ringan terhadap S.

“Penangannya tadi dikasih infus saja sama oksigen untuk rawat luka, karena gak ada luka darah,” kata Rizky.

Sejak Selasa (21/5) hingga Kamis dini hari sekitar pukul 04.00 WIB, RSUD Tarakan sudah menangani 168 pasien yang terluka saat kericuhan aksi protes 22 Mei.