BKSDA Kalteng lepasliarkan monyet ekor panjang di Pararawen
23 Mei 2019 15:42 WIB
Tim Wild Rescue Unit (WRU) BKSDA Kalteng – SKW III Muara Teweh melepasliarkan seekor monyet ekor panjang di kawasan hutan Cagar Alam Pararawen Kecamatan Teweh Tengah, Rabu (21/5/2019). (FOTO ANTARA/HO-BKSDA Kalteng SKW III Muara Teweh)
Muara Teweh (ANTARA) - Badan Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Kalimantan Tengah melalui Kantor Seksi Konservasi Wilayah III Muara Teweh, melepasliarkan satwa primata jenis monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di kawasan Cagar Alam Pararawen I dan Pararawen II Kecamatan Teweh Tengah, Kabupaten Barito Utara.
"Monyet ekor panjang berjenis kelamin jantan berusia sekitar lima tahun tersebut berasal dari penyerahan masyarakat di Muara Teweh ke kantor BKSDA Kalteng SKW III," kata Kepala BKSDA Kalteng SKW III Muara Teweh Nizar Ardhanianto di Muara Teweh, Kamis.
Menurut Nizar, setelah dilakukan pemeriksaan fisik,untuk memastikan tidak ada penyakit dan diobservasi pelakunya hingga akhirnya dilepasliarkan ke habitat alaminya.
Pelepasliaran ini, kata dia, pada Rabu (21/5) dilakukan oleh sejumlah personil Tim Wild Rescue Unit (WRU) BKSDA Kalteng – SKW III di wilayah Dusun Bakung yang secara administratif terletak di Desa Pendreh Kecamatan Teweh Tengah untuk mengantar monyet ekor panjang ini kembali ke habitatnya.
"Monyet ekor panjang merupakan salah satu satwa liar yang belum memiliki status perlindungan hukum di Indonesia. Hal tersebut membuat maraknya penangkapan dan perburuan monyet ekor panjang yang berlebihan di alam.Mereka diperjualbelikan sebagai makanan, biomedis, dan juga pertunjukkan topeng monyet atau hanya sekedar dipelihara untuk kesenangan pribadi," kata Nizar.
Kawasan CA Pararawen seluas 5.855 hektare terbagi dua yakni Pararawen I seluas 2.015 hektare dan Pararawen II mencapai 3.840 hektare terletak di Dusun Pararawen Desa Lemo dan Desa Pendreh Kecamatan Teweh Tengah.
Kawasan ini merupakan perwakilan hutan hujan tropika pegunungan yang didominasi oleh Dipterocarpaceae dan sebagai habitat fauna penting.
Di CA ini terdapat sejumlah satwa dilindungi diantaranya bekantan (Nasalis larvatus), kancil (Tragulus javanicus), beruang madu (Helarctus malayanus) dan owa-owa (Hylobates muelleri).Satwa lainnya ada kijang (Muntiacus muntjak), bangkui (Presbytis rubicunda), ayam hutan (Galus galus) serta burung rangkong (Buceros sp).
CA Pararawen I dan II dimanfaatkan masyarakat lokal sebagai sumber air bersih dan telah pula dimanfaatkan untuk kepentingan wisata alam karena panorama alamnya yang indah.Nama flora terdapat di wilayah ini antara lain meranti (Shorea sp), geronggang (Cratoxylon arborescens), tembesu (Fagreacsororea sp), palawan (Tristania obovata), laban (Vitex pubescens), ulin (Eusideroxylon zwageri) dan madang batu (Litsea sp).
"Monyet ekor panjang berjenis kelamin jantan berusia sekitar lima tahun tersebut berasal dari penyerahan masyarakat di Muara Teweh ke kantor BKSDA Kalteng SKW III," kata Kepala BKSDA Kalteng SKW III Muara Teweh Nizar Ardhanianto di Muara Teweh, Kamis.
Menurut Nizar, setelah dilakukan pemeriksaan fisik,untuk memastikan tidak ada penyakit dan diobservasi pelakunya hingga akhirnya dilepasliarkan ke habitat alaminya.
Pelepasliaran ini, kata dia, pada Rabu (21/5) dilakukan oleh sejumlah personil Tim Wild Rescue Unit (WRU) BKSDA Kalteng – SKW III di wilayah Dusun Bakung yang secara administratif terletak di Desa Pendreh Kecamatan Teweh Tengah untuk mengantar monyet ekor panjang ini kembali ke habitatnya.
"Monyet ekor panjang merupakan salah satu satwa liar yang belum memiliki status perlindungan hukum di Indonesia. Hal tersebut membuat maraknya penangkapan dan perburuan monyet ekor panjang yang berlebihan di alam.Mereka diperjualbelikan sebagai makanan, biomedis, dan juga pertunjukkan topeng monyet atau hanya sekedar dipelihara untuk kesenangan pribadi," kata Nizar.
Kawasan CA Pararawen seluas 5.855 hektare terbagi dua yakni Pararawen I seluas 2.015 hektare dan Pararawen II mencapai 3.840 hektare terletak di Dusun Pararawen Desa Lemo dan Desa Pendreh Kecamatan Teweh Tengah.
Kawasan ini merupakan perwakilan hutan hujan tropika pegunungan yang didominasi oleh Dipterocarpaceae dan sebagai habitat fauna penting.
Di CA ini terdapat sejumlah satwa dilindungi diantaranya bekantan (Nasalis larvatus), kancil (Tragulus javanicus), beruang madu (Helarctus malayanus) dan owa-owa (Hylobates muelleri).Satwa lainnya ada kijang (Muntiacus muntjak), bangkui (Presbytis rubicunda), ayam hutan (Galus galus) serta burung rangkong (Buceros sp).
CA Pararawen I dan II dimanfaatkan masyarakat lokal sebagai sumber air bersih dan telah pula dimanfaatkan untuk kepentingan wisata alam karena panorama alamnya yang indah.Nama flora terdapat di wilayah ini antara lain meranti (Shorea sp), geronggang (Cratoxylon arborescens), tembesu (Fagreacsororea sp), palawan (Tristania obovata), laban (Vitex pubescens), ulin (Eusideroxylon zwageri) dan madang batu (Litsea sp).
Pewarta: Kasriadi
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019
Tags: