BMKG: Banyak negara mengadopsi program sekolah lapang iklim
23 Mei 2019 12:53 WIB
Kabid Diseminasi Infomasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, Hery Tirto Djatmiko (kiri) sedang berbincang dengan Kepala BMKG Stasiun El tari Kupang, Bambang Setiajid pada pembukaan SLI di Kupang, Kamis, (23/5). (ANTARA FOTO/Bernadus Tokan)
Kupang (ANTARA) - Kepala Bidang Diseminasi Infomasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, Hery Tirto Djatmiko mengatakan, sejumlah negara. termasuk negara tetangga Timor Leste telah mengadopsi sekolah lapang iklim (SLI) yang merupakan program unggulan BMKG.
Bahkan beberapa negara di barat telah menjadikan SLI sebagai pusat penelitian, kata Hery Tirto Djatmiko dalam arahannya pada pembukaan sekolah lapang iklim (SLI)-Sosialisasi Agroklimatologi Provinsi NTT di Kupang, Kamis.
Menurut dia, dalam era perubahan iklim yang terus berlangsung saat ini diperlukan adaptasi-adaptasi, untuk mencegah terjadinya gagal tanam maupun gagal panen.
Artinya, adaptasi-adaptasi sangat diperlukan untuk menyesuaikan produksi pangan karena dampak dari perubahan iklim membuat tanaman pertanian menjadi puso dan gagal panen.
Secara nasional kata dia, wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), selalu diidentikkan dengan kekeringan.
Namun ada beberapa daerah di provinsi berbasis kepulauan itu yang menjadi lumbung pangan bagi masyarakat daerah itu.
Karena itu, melalui kearifan lokal dan informasi iklim dari BMKG, dapat membantu meningkatkan produksi pertanian di daerah itu, sekaligus membangun ketahanan pangan, katanya menambahkan.
9.000 peserta
Saat ini kata dia, BMKG telah melatih 9.000 peserta sekolah lapang iklim (SLI). Semuanya tersebar di 33 provinsi, termasuk sekitar 500-600 berada di NTT.
Mereka adalah pegawai pada dinas pertanian, petugas penyuluh lapangan (PPL), petani dan juga Babinsa, yang bertugas memberikan informasi iklim yang tepat bagi para petani.
Dengan informasi iklim yang tepat, para petani bisa menanam pada waktu yang tepat sehingga bisa terhindar dari gagal tanam maupun gagal panen, katanya menjelaskan.
Baca juga: BMKG kembali gelar sekolah iklim bagi petani Kupang
Baca juga: Sekolah Lapang Iklim peran BMKG dukung ketahanan pangan
Baca juga: Petani Temanggung ikuti sekolah lapang iklim
Bahkan beberapa negara di barat telah menjadikan SLI sebagai pusat penelitian, kata Hery Tirto Djatmiko dalam arahannya pada pembukaan sekolah lapang iklim (SLI)-Sosialisasi Agroklimatologi Provinsi NTT di Kupang, Kamis.
Menurut dia, dalam era perubahan iklim yang terus berlangsung saat ini diperlukan adaptasi-adaptasi, untuk mencegah terjadinya gagal tanam maupun gagal panen.
Artinya, adaptasi-adaptasi sangat diperlukan untuk menyesuaikan produksi pangan karena dampak dari perubahan iklim membuat tanaman pertanian menjadi puso dan gagal panen.
Secara nasional kata dia, wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), selalu diidentikkan dengan kekeringan.
Namun ada beberapa daerah di provinsi berbasis kepulauan itu yang menjadi lumbung pangan bagi masyarakat daerah itu.
Karena itu, melalui kearifan lokal dan informasi iklim dari BMKG, dapat membantu meningkatkan produksi pertanian di daerah itu, sekaligus membangun ketahanan pangan, katanya menambahkan.
9.000 peserta
Saat ini kata dia, BMKG telah melatih 9.000 peserta sekolah lapang iklim (SLI). Semuanya tersebar di 33 provinsi, termasuk sekitar 500-600 berada di NTT.
Mereka adalah pegawai pada dinas pertanian, petugas penyuluh lapangan (PPL), petani dan juga Babinsa, yang bertugas memberikan informasi iklim yang tepat bagi para petani.
Dengan informasi iklim yang tepat, para petani bisa menanam pada waktu yang tepat sehingga bisa terhindar dari gagal tanam maupun gagal panen, katanya menjelaskan.
Baca juga: BMKG kembali gelar sekolah iklim bagi petani Kupang
Baca juga: Sekolah Lapang Iklim peran BMKG dukung ketahanan pangan
Baca juga: Petani Temanggung ikuti sekolah lapang iklim
Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019
Tags: