Kematian Bhutto Guncang Pasar Modal Global
28 Desember 2007 19:29 WIB
London (ANTARA News) - Pasar modal global jatuh pada perdagangan Jumat, menyusul terbunuhnya pemimpin oposisi Pakistan, Benazir Bhutto, yang mengejutkan dunia, sementara itu investor kemudian melakukan aksi ambil untung sebelum tutup tahun.
Bursa saham Eropa terguncang yang searah dengan kejatuhan di bursa Asia dan Bursa Wall Street akibat pembunuhan Bhutto, serta data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang lemah akhirnya membuat investor yang bingung memilih untuk keluar dengan mengantongi keuntungan investasi yang ada, ungkap pelaku pasar.
Kematian mantan Perdana Menteri (PM) Pakistan, Benazir Bhutto, pada Kamis (27/12) di kota Rawalpindi memacu ketegangan geopolitik atas stabilitas di negara yang memiliki senjata nuklir itu.
Sentimen investor pun memburuk di Bursa Frankfurt pada Jumat, yang merupakan hari terakhir perdagangan pada 2007. Namun, Bursa London dan Paris akan dibuka kembali sela separuh hari pada Senin (31/12) sebelum libur nasional pada Selasa (1/1)
Sedangkan harga emas dan minyak diperdagangkan pada kisaran teringgi dalam 1 bulan terakhir, dengan harga minyak mentah di pasar New York 97 dolar AS per barel. Padahal kedua komoditas dianggap pilihan bijaksana pada saat ketidakpastian global.
Pada Jumat, indeks saham-saham utama FTSE di London merosot 0,41 persen menjadi 6.471,10 poin, sedangkan indeks CAC 40 di Paris melemah 0,42 persen menjadi 5.603,87 dan indeks Dax Frankfurt turun 0,36 persen menjadi 8.009,41 poin.
Sementara Bursa Tokyo ditutup melemah 1,65 persen pada sesi perdagangan terakhir 2007, sehingga secara keseluruhan, indeks patokan Nikkei-225 melorot 11,1 percent akibat ketakutan krisis perumahan di AS dan krisis kredit.
"Resikonya adalah ketidakpastian geopolitik bisa mendorong harga minyak dunia ke atas 100 dolar As per barel," kata Mitsushige Akino, chief fund manager pada Ichiyoshi Management.
Investor khawatir meningkatnya tekanan inflasi akan menekan kemungkinan penurunan suku bunga AS, meskipun ekonominya tengah melambat.
"Pasar tahun ini berakhir dalam `mood` pesimistis. Tahun baru bisa dimulai dengan meningkatnya resiko negatif karena investor akan mengamati data ekonomi AS,` tambahnya.
Di tempat lain, Bursa Hongkong melemah 1,70 persen dan Shanghai turun 0,89 persen. Bursa Seoul melemah 0,6 persent, Bursa Singapura turun 0,90 persen dan Bursa Sydney melorot 0,2 persen. Bursa Manila turun 1,3 persen dan Bursa Wellington melemah 0,81 persen.
"Kami mengacu pada indeks Wall Street, namun berita apapun saat ini, positif atau negatif, akan menggoyang investor," kata Juliette Saly, analis pasar di Commsec Sydney.
Pakistan selama ini merupakan sekutu AS dalam perang melawan terorisme dan telah menerima bantuan hingga miliar dolar AS.
Bursa Karachi sendiri ditutup selama tiga hari sebagai tanda berdukacita atas kematian politisi muslim itu.
Suasana negatif semakin didorong oleh pengumuman pemerintah AS bahwa pesanan barang tahan lama pada November hanya naik 0,1 persen, atau jauh di bawah perkiraan.
"Data ekonomi AS terakhir tidak menunjukkan adanya indikasi pemulihan ekonomi apapun," kata Alex Tam, analis pada CSC Securities di Hong Kong, seperti dikutip AFP. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007
Tags: