Gunung Kidul kaji kematian lima ekor sapi yang diduga antraks
22 Mei 2019 16:44 WIB
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunung Kidul Bambang Wisnu Broto didampingi Kasi Keswan dan Kesmavet Dinas Pertanian dan Pangan Gunung Kidul Retno Widyastuti memberikan keterangan soal kasus antraks di wilayah ini. (Foto ANTARA/Sutarmi)
Gunung Kidul (ANTARA) - Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, masih melakukan kajian terhadap kematian lima ekor sapi di Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, yang diduga terpapar penyakit antraks.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunung Kidul Bambang Wisnu Broto di Gunung Kidul, Rabu (22/5), mengatakan pada Rabu (8/5), pihaknya mendapatkan laporan mengenai adanya sapi yang mati mendadak di wilayah Dusun Grogol IV, Desa Bejiharjo.
"Kami langsung melakukan pengecekan di lokasi, dan mengambil sampel tanah. Selanjutnya, sampelnya di kirim ke Balai Besar Veteriner (BBVET) Wates Yogyakarta. Hasil uji laboratorium Balai Veteriner ternyata positif spora antraks," kata Bambang.
Ia mengatakan pihaknya bersama Pemkab Gunung Kidul langsung mengambil langkah antisipasi dan melaporkan ke Kementerian Pertanian (Kementan).
Kementan sendiri langsung mengirim 2.500 dosis dalam 48 botol vaksin yang sudah disuntikkan kepada 90 sapi dan 249 kambing. Selain itu, pihaknya juga terus melakukan pemantauan terhadap hewan ternak yang tidak jauh dari lokasi.
Selain itu, pihak dari BBVET Wates, Kementan, dan Dinas Pertanian dan Pangan Provinsi DIY juga melakukan pengambilan sampel lanjutan.
"Kami mengimbau masyarakat tidak panik dan tenang saja. Kami sudah melakukan antisipasi," katanya.
Sementara itu, Kasi Keswan dan Kesmavet Dinas Pertanian dan Pangan Gunung Kidul Retno Widyastuti mengatakan dari lima ekor sapi yang terpapar antraks, diketahui tiga ekor hampir mati dan disembelih. Dua ekor lainnya lemas dan dikirim ke jagal hewan.
"Hasil uji laboratorium, yang positif antraks sampel punya orang menyembelih dinyatakan positif. Jagal tanahnya negatif. Untuk tanah di tiga yang lain masih dikirim ke laboratorium," katanya.
Retno mengatakan temuan kasus antraks ini baru pertama kali di Gunung Kidul. Hal ini diduga karena Gunung Kidul dikelilingi oleh wilayah endemik antraks. Lalu lintas ternak terbuka, terjadi wabah penyakit antraks di Ring Road Utara ke Pasar Ternak Siono, dan Semanu. Belum pernah, terakhir di Kulon Progo 2017.
"Ini pertama kali muncul dan ini yang kami takutkan. Kami berharap tidak menyebar ke desa-desa lainnya," katanya.
Adapun kebijakan Dinas Pertanian dan Pangan bersama Pemkab Gunung Kidul yakni penutupan keluar masuk hewan ternak di wilayah Desa Bejiharjo, Karangmojo.
"Untuk sementara ternak yang berasal dari lokasi tidak akan dikeluarkan. Kami berusaha melokalisir kasus ini," katanya.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunung Kidul Bambang Wisnu Broto di Gunung Kidul, Rabu (22/5), mengatakan pada Rabu (8/5), pihaknya mendapatkan laporan mengenai adanya sapi yang mati mendadak di wilayah Dusun Grogol IV, Desa Bejiharjo.
"Kami langsung melakukan pengecekan di lokasi, dan mengambil sampel tanah. Selanjutnya, sampelnya di kirim ke Balai Besar Veteriner (BBVET) Wates Yogyakarta. Hasil uji laboratorium Balai Veteriner ternyata positif spora antraks," kata Bambang.
Ia mengatakan pihaknya bersama Pemkab Gunung Kidul langsung mengambil langkah antisipasi dan melaporkan ke Kementerian Pertanian (Kementan).
Kementan sendiri langsung mengirim 2.500 dosis dalam 48 botol vaksin yang sudah disuntikkan kepada 90 sapi dan 249 kambing. Selain itu, pihaknya juga terus melakukan pemantauan terhadap hewan ternak yang tidak jauh dari lokasi.
Selain itu, pihak dari BBVET Wates, Kementan, dan Dinas Pertanian dan Pangan Provinsi DIY juga melakukan pengambilan sampel lanjutan.
"Kami mengimbau masyarakat tidak panik dan tenang saja. Kami sudah melakukan antisipasi," katanya.
Sementara itu, Kasi Keswan dan Kesmavet Dinas Pertanian dan Pangan Gunung Kidul Retno Widyastuti mengatakan dari lima ekor sapi yang terpapar antraks, diketahui tiga ekor hampir mati dan disembelih. Dua ekor lainnya lemas dan dikirim ke jagal hewan.
"Hasil uji laboratorium, yang positif antraks sampel punya orang menyembelih dinyatakan positif. Jagal tanahnya negatif. Untuk tanah di tiga yang lain masih dikirim ke laboratorium," katanya.
Retno mengatakan temuan kasus antraks ini baru pertama kali di Gunung Kidul. Hal ini diduga karena Gunung Kidul dikelilingi oleh wilayah endemik antraks. Lalu lintas ternak terbuka, terjadi wabah penyakit antraks di Ring Road Utara ke Pasar Ternak Siono, dan Semanu. Belum pernah, terakhir di Kulon Progo 2017.
"Ini pertama kali muncul dan ini yang kami takutkan. Kami berharap tidak menyebar ke desa-desa lainnya," katanya.
Adapun kebijakan Dinas Pertanian dan Pangan bersama Pemkab Gunung Kidul yakni penutupan keluar masuk hewan ternak di wilayah Desa Bejiharjo, Karangmojo.
"Untuk sementara ternak yang berasal dari lokasi tidak akan dikeluarkan. Kami berusaha melokalisir kasus ini," katanya.
Pewarta: Sutarmi
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019
Tags: