Washington (ANTARA News) - Pemimpin oposisi Pakistan, Benazir Bhutto, menuduh Presiden Pervez Musharraf gagal melindungi dia dalam beberapa bulan yang rentan sebelum ia dibunuh Kamis (27/12), demikian antara lain isi surat elektronik (e-mail) yang disiarkan oleh media Amerika Serikat (AS) pada hari kematiannya. Jika celaka di Pakistan, "Saya akan menganggap Musharraf bertanggung jawab," demikian tulis Benazir dalam e-mail pada Oktober, yang disiarkan oleh wartawan CNN, Wolf Blitzer --yang menerimanya dari teman Benazir dan juru bicara AS, Mark Siegel. "Saya telah dibuat merasa tak aman oleh kaki-tangannya," tulis Benazir mengenai Musharraf. Benazir merinci tindakan keamanan yang dikatakanya tak diberikan kepada dirinya, setelah ia kembali ke negara yang mudah bergolak tersebut. "Tak mungkin apa yang terjadi, seperti mencegah saya menggunakan mobil pribadi atau menggunakan jendela yang diwarnai atau menggunakan penghambar atau empat mobil polisi untuk menutup semua sisi, dapat terjadi tanpa dia," katanya. Siegel mengatakan kepada stasiun televisi itu bahwa Benazir telah meminta pemerintah menyediakan perlindungan, termasuk pengawalan empat mobil polisi dan alat penghambat bom, tapi tak menerima semua itu. Jaringan televisi berita tersebut mengungkapkan surat elektronik itu beberapa jam setelah Benazir (54) dibunuh dalam satu serangan bunuh diri Kamis di tempat pertemuan terbuka pemilihan umum di kota Rawalpindi, Pakistan, sehingga menyulut pengutukan dari seluruh dunia. Benazir mengirim surat elektronik tersebut kepada Siegel pada 26 Oktober 2007, satu pekan setelah pemboman bunuh diri yang ditujukan kepada dirinya tak lama setelah ia kembali ke Pakistan, setelah delapan tahun hidup di pengasingan. Siegel mengatakan, Pakistan gagal menyelidiki serangan itu. Benazir meminta, agar email tersebut diteruskan ke media kalau ia tewas. Musharraf memberlakukan keadaan darurat di Pakistan pada 3 November hingga 15 Desember 2007, dengan alasan kekhawatiran mengenai keamanan, dan menindak penentangnya sebelum pemilihan umum yang dijadwalkan diselenggarakan 8 Januari 2008. Benazir telah pulang di tengah perundingan dengan Musharraf mengenai kesepakatan pembagian kekuasaan. "Saat kami mempersiapkan kampanye ... Benazir sangat prihatin ia tak memperoleh pengamanan yang telah ia minta," kata Siegel, yang telah bekerjasama dengan Benazir mengani buku tentang Islam dan Barat. "Ia pada dasarnya meminta semua yang diperlukan bagi seseorang untuk mencalonkan diri sebagai perdana menteri. Semua itu tak diperolehnya. Ia mendapat pengamanan polisi, tapi itu bersifat berkala dan tak pasti," ujarnya. Duta Besar Pakistan untuk AS, Mahmud Ali Durrani, membantah tuduhan tersebut. "Pemerintah Pakistan menyediakan semua pengamanan yang diperlukan. Ada gangguan keamanan di sekeliling dia," ujarnya kepada CNN. "Itu hanyalah permaian saling melontar tuduhan, dan masalahnya adalah pelaku teror sesungguhnya yang telah menguntit dia," katanya. Sementara itu, pada Jumat sebelum fajar, jenazah Benazir tiba di provinsi Sindh di bagian selatan Pakistan untuk dimakamkan di pemakaman keluarga, kata beberapa pejabat partai. Pesawat yang membawa jenazah Benazir di Sukkur, dan dari tempat itu jenazah Benazir dan anggota keluarganya diterbangkan dengan helikopter ke Naudero, kata juru bicaranya, Farhatullah Babar. Suami Benazir, Asif Zardari, tiga anak mereka dan beberapa pemimpin senior Partai Rakyat Pakistan (PPP), pimpinan Benazir, ikut dalam pesawat tersebut. Jenazah Benazir dimakamkan di pemakanan keluarga di Garhi Khuda Bakhsh di dekat makam ayahnya --yang juga mantan PM Pakistan, dan yang meninggal dunia di tiang gantungan masa pemerintahan Presiden Zia Ul Haq-- Zulfikar Ali Bhutto, kata Babar. Anggota kluarganya dan kerabat dekat diperkenankan melihatnya untuk terakhir kali sebelum shalat jenazah dilakukan pada sore hari waktu setempat (17:30 WIB), katanya. Pengamanan ketat di Garhi Khuda Bakhsh saat ribuan pendukung dan anggota partainya diperkirakan menghadiri acara pemakaman. Kerumunan pengikutnya diduga datang dari berbagai kota kecil di Sindh, yang dipandang sebagai kubu PPP, kata beberapa pejabat partai. Peti yang membawa jenazah Benazir sebelumnya diterbangkan dengan menggunakan pesawat Hercules C-130 milik Angkatan Udara Pakistan dari Islamabad. Benazir dibunuh Kamis dalam serangan senjata dan bom yang menewaskan sebanyak 20 orang lainnya saat ia pergi dari pertemuan terbuka di kota garnisun Rawalpindi di dekat ibukota Pakistan, Islamabad. Benazir memimpin kampanye untuk partai PPP guna menghadapi pemilu 8 Januari 2007, demikian laporan AFP. (*)