Restorasi gambut di Sumsel butuh Rp92 miliar
21 Mei 2019 16:02 WIB
Kebakaran lahan gambut di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil - Bukit Batu di Provinsi Riau pada Kamis (2/5/2019). (Foto dok. Satgas Karhutla Riau)
Palembang (ANTARA) - Restorasi gambut di Sumatera Selatan membutuhkan dana Rp92 miliar pada 2019 untuk memulihkan enam Kesatuan Hidrologis Gambut di beberapa wilayah yang sudah dipetakan oleh Badan Restorasi Gambut.
Deputi I Badan Restorasi Gambut (BRG) Budi S Wardhana di Palembang, Selasa, mengatakan dana puluhan miliar itu untuk melaksanakan tahapan pembasahan (rewetting), penanaman kembali (revegetasi) dan revitalisasi (pemberdayaan ekonomi masyarakat) pada enam KHG yang berdasarkan pemetaan mengalami kerusakan parah.
Seperti diketahui kebakaran hutan dan lahan hebat di wilayah Sumatera Selatan pada 2015 menyisakan kerusakan parah pada KHG yakni ekosistem gambut yang letaknya di antara dua sungai, di antara sungai dan laun dan atau rawa.
Enam KHG yang menjadi target restorasi itu, KHG Sungai Musi-Sungai Blindah di Kabupaten Banyuasin dan Kabupaten Muaraenim, KHG Sungai Musi-Sungai Aek Lematang di tiga kabupaten yakni Banyuasin, Muaraenim, Penukal Abab Lematang Ilir.
Kemudian, KHG Sungai Musi-Sungai Penukal di Kabupaten Banyuasin dan Penukal Abab Lematang Ilir, KHG Sungai Penukal dan Sungai Abab di Banyuasin dan Penukal Abab Lematang Ilir, KHF Air Bayuasin-Air Lilin di Kabupaten Banyuasin, dan KHG Sungai Medak-Sungai Lalan di Kabupaten Musi Banyuasin.
“Biaya tertinggi diserap oleh tahapan revegetasi yang mencapai Rp76 miliar lebih untuk penanaman kembali kawasan-kawasan yang rusak karena terbakar,” kata dia.
Berdasarkan Rencana Program restorasi gambut di Sumatera Selatan pada 2019, BRG menambah sebanyak 40.000 hektare karena didapati fakta bahwa terjadi penambahan luas area yang rusak. Sebelumnya, BRG menggunakan peta gambut yang lama untuk memulihkan lingkungan setelah kebakaran hutan dan lahan hebat pada 2015.
Target penambahan ini diharuskan rampung pada akhir 2020 karena sebelumnya hanya ditargetkan 168.000 hektare hingga 2023.
Dengan begitu, total gambut yang direstorasi di 7 provinsi itu yakni seluas 2,67 juta hektare dari sebelumnya 2,42 juta hektare. Sehingga totalnya ada penambahan luasan 200.000 hektare.
“Penambahan ini harus dilakukan, karena jujur saja, pemulihan yang dilakukan belum mampu mengejar degradasi lingkungan yang terjadi,” kata dia.
Menurut Budi, pekerjaan restorasi lahan gambut ini bukan perkara mudah mengingat keberadaan lahan gambut yang umumnya di kawasan remote area.
Ia melanjutkan, seperti ekosistem gambut di Sumsel yang tercatat seluas 1,2 juta hektare yang tersebar di sejumlah daerah, selain OKI lahan gambut juga berada di Kabupaten Ogan Ilir, Banyuasin, Muara Enim, Musi Banyuasin, Musi Rawas dan Pali.
Baca juga: BRG riset aksi darurat penanggulangan kebakaran hutan-lahan
Baca juga: LSM: Sebagian besar Karhutla terjadi di area moratorium
Deputi I Badan Restorasi Gambut (BRG) Budi S Wardhana di Palembang, Selasa, mengatakan dana puluhan miliar itu untuk melaksanakan tahapan pembasahan (rewetting), penanaman kembali (revegetasi) dan revitalisasi (pemberdayaan ekonomi masyarakat) pada enam KHG yang berdasarkan pemetaan mengalami kerusakan parah.
Seperti diketahui kebakaran hutan dan lahan hebat di wilayah Sumatera Selatan pada 2015 menyisakan kerusakan parah pada KHG yakni ekosistem gambut yang letaknya di antara dua sungai, di antara sungai dan laun dan atau rawa.
Enam KHG yang menjadi target restorasi itu, KHG Sungai Musi-Sungai Blindah di Kabupaten Banyuasin dan Kabupaten Muaraenim, KHG Sungai Musi-Sungai Aek Lematang di tiga kabupaten yakni Banyuasin, Muaraenim, Penukal Abab Lematang Ilir.
Kemudian, KHG Sungai Musi-Sungai Penukal di Kabupaten Banyuasin dan Penukal Abab Lematang Ilir, KHG Sungai Penukal dan Sungai Abab di Banyuasin dan Penukal Abab Lematang Ilir, KHF Air Bayuasin-Air Lilin di Kabupaten Banyuasin, dan KHG Sungai Medak-Sungai Lalan di Kabupaten Musi Banyuasin.
“Biaya tertinggi diserap oleh tahapan revegetasi yang mencapai Rp76 miliar lebih untuk penanaman kembali kawasan-kawasan yang rusak karena terbakar,” kata dia.
Berdasarkan Rencana Program restorasi gambut di Sumatera Selatan pada 2019, BRG menambah sebanyak 40.000 hektare karena didapati fakta bahwa terjadi penambahan luas area yang rusak. Sebelumnya, BRG menggunakan peta gambut yang lama untuk memulihkan lingkungan setelah kebakaran hutan dan lahan hebat pada 2015.
Target penambahan ini diharuskan rampung pada akhir 2020 karena sebelumnya hanya ditargetkan 168.000 hektare hingga 2023.
Dengan begitu, total gambut yang direstorasi di 7 provinsi itu yakni seluas 2,67 juta hektare dari sebelumnya 2,42 juta hektare. Sehingga totalnya ada penambahan luasan 200.000 hektare.
“Penambahan ini harus dilakukan, karena jujur saja, pemulihan yang dilakukan belum mampu mengejar degradasi lingkungan yang terjadi,” kata dia.
Menurut Budi, pekerjaan restorasi lahan gambut ini bukan perkara mudah mengingat keberadaan lahan gambut yang umumnya di kawasan remote area.
Ia melanjutkan, seperti ekosistem gambut di Sumsel yang tercatat seluas 1,2 juta hektare yang tersebar di sejumlah daerah, selain OKI lahan gambut juga berada di Kabupaten Ogan Ilir, Banyuasin, Muara Enim, Musi Banyuasin, Musi Rawas dan Pali.
Baca juga: BRG riset aksi darurat penanggulangan kebakaran hutan-lahan
Baca juga: LSM: Sebagian besar Karhutla terjadi di area moratorium
Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019
Tags: