Laporan dari Beijing
Kepala BNPT ingatkan diaspora untuk saling cek sesama
20 Mei 2019 10:36 WIB
Kepala BNPT Komisaris Jenderal Pol Suhardi Alius saat memberikan pemaparan tentang penanggulangan terorisme di depan pelajar dan warga negara Indonesia di Tianjin, China, Minggu (19/5/2019). (M. Irfan Ilmie)
Tianjin (ANTARA) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal Polisi Suhardi Alius mengingatkan kalangan diaspora Indonesia untuk saling cek satu sama lain.
"Kalau terbiasa 'ngumpul', tiba-tiba tidak 'ngumpul' segera dicari agar jangan sampai nanti mereka telanjur terpapar (terorisme)," katanya saat ditemui Antara di Kota Tianjin, China, Minggu (19/5).
Menurut dia, kaum diaspora Indonesia merupakan kelompok yang sangat rawan terpapar paham radikalisme dan terorisme.
Ia mencontohkan kasus yang menimpa ratusan tenaga kerja Indonesia di Hong Kong yang terpapar terorisme.
"Sudah umum TKI kita di Hong Kong kalau akhir pekan berkumpul di Victoria Park. Kalau ada yang tiba-tiba tidak 'ngumpul' atau bikin kelompok eksklusif, maka harus segera disentuh," ujar jenderal polisi bintang tiga itu.
Selain itu, para perantau asal Indonesia juga harus saling berbagi informasi antara satu dengan yang lainnya.
"Kalau ada informasi yang didapat di media sosial, tolong hati-hati, tolong verifikasi. Harus ada filter dan tabayun agar tidak begitu saja percaya informasi yang menyesatkan," kata mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri itu.
Suhardi juga mengingatkan kepada para pelajar Indonesia di luar negeri untuk tetap peduli kepada sesama.
"Jangan cuek. Jangan merasa hebat. Kalian ini juga jadi sasaran infiltrasi," pesannya kepada para mahasiswa Indonesia dalam Simposium Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Kawasan Asia-Oseania di kampus Tianjin University itu.
Sebelumnya Suhardi sempat menemui para pejabat Badan Intelijen Keamanan China (MSS) di Beijing untuk saling bertukar informasi mengenai penanggulangan terorisme.
Baca juga: Akademisi: Milenial harus didukung jadi agen perdamaian
Baca juga: Duta Damai Dunia Maya direncanakan diperluas hingga antarbenua
Baca juga: BNPT sebut Kemkominfo berperan sentral cegah penyebaran paham radikal
"Kalau terbiasa 'ngumpul', tiba-tiba tidak 'ngumpul' segera dicari agar jangan sampai nanti mereka telanjur terpapar (terorisme)," katanya saat ditemui Antara di Kota Tianjin, China, Minggu (19/5).
Menurut dia, kaum diaspora Indonesia merupakan kelompok yang sangat rawan terpapar paham radikalisme dan terorisme.
Ia mencontohkan kasus yang menimpa ratusan tenaga kerja Indonesia di Hong Kong yang terpapar terorisme.
"Sudah umum TKI kita di Hong Kong kalau akhir pekan berkumpul di Victoria Park. Kalau ada yang tiba-tiba tidak 'ngumpul' atau bikin kelompok eksklusif, maka harus segera disentuh," ujar jenderal polisi bintang tiga itu.
Selain itu, para perantau asal Indonesia juga harus saling berbagi informasi antara satu dengan yang lainnya.
"Kalau ada informasi yang didapat di media sosial, tolong hati-hati, tolong verifikasi. Harus ada filter dan tabayun agar tidak begitu saja percaya informasi yang menyesatkan," kata mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri itu.
Suhardi juga mengingatkan kepada para pelajar Indonesia di luar negeri untuk tetap peduli kepada sesama.
"Jangan cuek. Jangan merasa hebat. Kalian ini juga jadi sasaran infiltrasi," pesannya kepada para mahasiswa Indonesia dalam Simposium Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Kawasan Asia-Oseania di kampus Tianjin University itu.
Sebelumnya Suhardi sempat menemui para pejabat Badan Intelijen Keamanan China (MSS) di Beijing untuk saling bertukar informasi mengenai penanggulangan terorisme.
Baca juga: Akademisi: Milenial harus didukung jadi agen perdamaian
Baca juga: Duta Damai Dunia Maya direncanakan diperluas hingga antarbenua
Baca juga: BNPT sebut Kemkominfo berperan sentral cegah penyebaran paham radikal
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019
Tags: