Pelepasan burung warnai peringatan Hari Waisak di Denpasar
19 Mei 2019 20:59 WIB
Umat Buddha melepaskan burung dalam prosesi Abhayadana yaitu rangkaian persembahyangan Hari Raya Waisak 2563BE di Vihara Buddha Sakyamuni, Denpasar, Bali, Minggu (19/5/2019). Kegiatan tersebut untuk mendapatkan kebahagiaan dan menjaga keharmonisan. (FOTO ANTARA/Nyoman Hendra Wibowo)
Denpasar (ANTARA) - Umat Buddha di Vihara Buddha Sakyamuni, Kota Denpasar, Provinsi Bali, melepas sekitar 1.000 ekor burung saat peringatan Hari Raya Waisak atau Tri Suci Waisak.
"Pelepasan 1.000 ekor burung saat Abhaya Dana merupakan simbolisasi dilepaskannya makhluk hidup ke alam liarnya yang bermakna semua makhluk hidup berhak mendapatkan kebebasan," kata Ketua Panitia Waisak di vihara tersebut, Yuvan P. Gunawan, Minggu.
Menurutnya, tradisi tersebut dilakukan dengan melepaskan burung secara simbolis untuk memberi kesempatan bagi makhluk hidup untuk mendapatkan kebebasan dan kebahagiannya .
"Secara simbolis memang yang kami lepas adalah burung. Namun sebenarnya selain burung bisa berbagai macam makhluk hidup seperti belut atau ikan ke alam liar," katanya.
Ketua Dayaka Sabha atau pengurus Vihara Buddha Sakyamuni, Oscar NW, mengatakan, peringatan Waisak tahun ini mengambil tema "Mencintai Kehidupan Berbudaya Demi Menjaga Persatuan".
"Tema ini menurut kami relevan dengan kondisi masyarakat saat ini yang yang masih berada dalam suasana Pemilihan Presiden 2019," ujarnya.
Dengan tema peringatan tersebut, ia berharap masyarakat secara umum dapat melepaskan rasa egoisnya masing-masing sehingga dapat menerima perbedaan guna terciptanya keharmonisan menuju persatuan.
"Sesuai doa umat Buddha yaitu semoga semua mahkluk berbahagia dengan di dalamnya kami menjaga persatuan berbangsa sehingga dapat tercipta tolerensi," ujar Oscar.
Baca juga: Umat Budha Denpasar ikuti tradisi Pindapatta
Baca juga: Rohaniwan Buddha Harapkan Umat Memupuk Persaudaraan
"Pelepasan 1.000 ekor burung saat Abhaya Dana merupakan simbolisasi dilepaskannya makhluk hidup ke alam liarnya yang bermakna semua makhluk hidup berhak mendapatkan kebebasan," kata Ketua Panitia Waisak di vihara tersebut, Yuvan P. Gunawan, Minggu.
Menurutnya, tradisi tersebut dilakukan dengan melepaskan burung secara simbolis untuk memberi kesempatan bagi makhluk hidup untuk mendapatkan kebebasan dan kebahagiannya .
"Secara simbolis memang yang kami lepas adalah burung. Namun sebenarnya selain burung bisa berbagai macam makhluk hidup seperti belut atau ikan ke alam liar," katanya.
Ketua Dayaka Sabha atau pengurus Vihara Buddha Sakyamuni, Oscar NW, mengatakan, peringatan Waisak tahun ini mengambil tema "Mencintai Kehidupan Berbudaya Demi Menjaga Persatuan".
"Tema ini menurut kami relevan dengan kondisi masyarakat saat ini yang yang masih berada dalam suasana Pemilihan Presiden 2019," ujarnya.
Dengan tema peringatan tersebut, ia berharap masyarakat secara umum dapat melepaskan rasa egoisnya masing-masing sehingga dapat menerima perbedaan guna terciptanya keharmonisan menuju persatuan.
"Sesuai doa umat Buddha yaitu semoga semua mahkluk berbahagia dengan di dalamnya kami menjaga persatuan berbangsa sehingga dapat tercipta tolerensi," ujar Oscar.
Baca juga: Umat Budha Denpasar ikuti tradisi Pindapatta
Baca juga: Rohaniwan Buddha Harapkan Umat Memupuk Persaudaraan
Pewarta: Naufal Fikri Yusuf
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019
Tags: