Kesamaan budaya Melayu, mukena Malaysia ekspansi hingga ke Pekanbaru
18 Mei 2019 15:13 WIB
CEO Siti Khadijah, Mohammad Muzir (tengah) bersama Wakil Wali Kota Pekanbaru, Ayat Cahyadi (tiga kiri) dan duta merek Siti Khadijah, Elma Theana (dua kanan) memotong pita saat peresmian butik Siti Khadijah di Mal SKA Kota Pekanbaru, Riau, Sabtu (18/5/2019). (ANTARA FOTO/FB Anggoro)
Pekanbaru (ANTARA) - Produsen mukena Siti Khadijah dari Malaysia memanfaatkan momen Bulan Ramadhan 1440 Hijriah untuk melakukan ekspansi bisnis dengan membuka butik di Kota Pekanbaru, Riau, untuk menggaet pasar busana muslim di luar Pulau Jawa.
“Kenapa kami pilih Pekanbaru karena berada di tengah, pusat Sumatera. Selain itu budaya kemelayuan dan agama ada di sini. Pekanbaru juga dekat dengan Padang jadi untuk bisnis sangat strategis, pembeli dari Jambi dan Padang nanti bisa ke Pekanbaru,” kata CEO Siti Khadijah, Mohammad Muzir Aminuddin pada pembukaan butik di Mal Ska, Pekanbaru, Riau, Sabtu.
Turut hadir dalam pembukaan butik Siti Khadijah perdana di Sumatera antara lain Wakil Wali Kota Pekanbaru Ayat Cahyadi, Konsul Malaysia di Pekanbaru Wan Nurshima Wan Jusoh, dan Duta Merek Siti Khadijah untuk Indonesia Elma Theana.
Ia menjelaskan pembukaan butik di Pekanbaru merupakan yang ketiga setelah 2015 pertama masuk ke Indonesia dengan membuka dua butik di Jakarta dan Bandung.
Pada 2019 pihaknya akan membuka empat butik dengan nilai investasi sekitar Rp3,5 miliar.
"Kami akan membuka empat butik baru di Indonesia pada tahun 2019, yaitu di Mal Ska Pekan Baru, Surabaya Plaza AEON, Sentul Bogor, Sarinah Jakarta, dan Makassar dengan nilai pelaburan (investasi) sebanyak Rp3,5 miliar," kata Munzir.
Ia menjelaskan usaha mukena bermula dari usaha kecil di Malaysia, dengan produksi awal dilakukan di tiga rumah yang disewa dengan 100 orang pekerja. Pendiri usaha itu, Padzilah Enda Sulaiman, ibunda dari Muzir, awalnya menjahit sendiri mukena karena kesulitan mendapatkan produk yang sesuai dengan keinginannya.
Seiring waktu, usaha mukena tersebut kini sudah memiliki pabrik yang menampung 300 pekerja dan mampu menghasilkan hingga 2.000 mukena per hari. Dengan membuka pabrik di Jakarta, pihaknya sudah membuka peluang kerja bagi 100 orang di Indonesia.
“Berita baiknya adalah pada 2019 kami memiliki kapasitas untuk merekrut hingga 3.000 pekerja untuk mencapai target Rp15 miliar," katanya.
Menurut Munzir, mukena Siti Khadijah yang diproduksi di Indonesia 10 persen untuk pasar Indonesia dan 90 persen siap untuk ekspor ke Malaysia.
"Kami tidak hanya ingin menghasilkan produk berkualitas, tetapi juga ingin terus meningkatkan kualitas tenaga kerja dengan menjaga kesejahteraan mereka, seperti memberikan bonus tahunan dan membantu meningkatkan taraf tempat tinggal yang nyaman sebagai bagian dari kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan karena kami percaya amal dimulai dari rumah',” kata Munzir.
GM Siti Khadijah Indonesia, Nindy, menambahkan keunggulan mukena Siti Khadijah adalah jenis kain yang berkualitas tinggi seperti spun polyester berteknologi Jepang dengan desain inovatif yang fleksibel di bagian wajah karena lentur di dahi dan dagu tanpa perlu pakai peniti/jarum lagi. Mukena didesain untuk perempuan dewasa dan anak-anak yang pas saat dikenakan.
Turut hadir dalam pembukaan butik Siti Khadijah perdana di Sumatera antara lain Wakil Wali Kota Pekanbaru Ayat Cahyadi, Konsul Malaysia di Pekanbaru Wan Nurshima Wan Jusoh, dan Duta Merek Siti Khadijah untuk Indonesia Elma Theana.
Ia menjelaskan pembukaan butik di Pekanbaru merupakan yang ketiga setelah 2015 pertama masuk ke Indonesia dengan membuka dua butik di Jakarta dan Bandung.
Pada 2019 pihaknya akan membuka empat butik dengan nilai investasi sekitar Rp3,5 miliar.
"Kami akan membuka empat butik baru di Indonesia pada tahun 2019, yaitu di Mal Ska Pekan Baru, Surabaya Plaza AEON, Sentul Bogor, Sarinah Jakarta, dan Makassar dengan nilai pelaburan (investasi) sebanyak Rp3,5 miliar," kata Munzir.
Ia menjelaskan usaha mukena bermula dari usaha kecil di Malaysia, dengan produksi awal dilakukan di tiga rumah yang disewa dengan 100 orang pekerja. Pendiri usaha itu, Padzilah Enda Sulaiman, ibunda dari Muzir, awalnya menjahit sendiri mukena karena kesulitan mendapatkan produk yang sesuai dengan keinginannya.
Seiring waktu, usaha mukena tersebut kini sudah memiliki pabrik yang menampung 300 pekerja dan mampu menghasilkan hingga 2.000 mukena per hari. Dengan membuka pabrik di Jakarta, pihaknya sudah membuka peluang kerja bagi 100 orang di Indonesia.
“Berita baiknya adalah pada 2019 kami memiliki kapasitas untuk merekrut hingga 3.000 pekerja untuk mencapai target Rp15 miliar," katanya.
Menurut Munzir, mukena Siti Khadijah yang diproduksi di Indonesia 10 persen untuk pasar Indonesia dan 90 persen siap untuk ekspor ke Malaysia.
"Kami tidak hanya ingin menghasilkan produk berkualitas, tetapi juga ingin terus meningkatkan kualitas tenaga kerja dengan menjaga kesejahteraan mereka, seperti memberikan bonus tahunan dan membantu meningkatkan taraf tempat tinggal yang nyaman sebagai bagian dari kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan karena kami percaya amal dimulai dari rumah',” kata Munzir.
GM Siti Khadijah Indonesia, Nindy, menambahkan keunggulan mukena Siti Khadijah adalah jenis kain yang berkualitas tinggi seperti spun polyester berteknologi Jepang dengan desain inovatif yang fleksibel di bagian wajah karena lentur di dahi dan dagu tanpa perlu pakai peniti/jarum lagi. Mukena didesain untuk perempuan dewasa dan anak-anak yang pas saat dikenakan.
Pewarta: FB Anggoro
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019
Tags: