Jakarta (ANTARA) - Fenomena pergeseran penumpang pesawat ke angkutan darat diperkirakan mencapai 30 persen, kata Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiyadi.

“Kalau saya tanya ke operator-operator, peningkatan dari pesawat ke bus itu sekitar 12-25 persen. Ditambah dengan mobil pribadi dengan bus pasti akan terjadi sekitar 30 persen,” kata Budi dalam bincang santai sambil buka puasa bersama di Jakarta, Jumat.

Budi mengatakan pergeseran penumpang tersebut bukan hanya dipicu karena adanya peningkatan harga tiket pesawat, melainkan pula tersedianya akses jalan tol dari Merak hingga Surabaya, yakni Tol Trans Jawa.

Selain itu, tersambungnya Tol Bakauheni-Terbanggi Besar juga diprediksi akan meningkatkan pergerakan penyeberangan.

“Sebetulnya bukan dipicu tiket saja, ada akses mudah di tol ini, Bandara Solo sama Semarang sempet dikatakan turun karena masyarakat domisili mendekat jalan-jalan tol itu memilih menggunakan mobil pribadi atau mobil bus,” katanya.

Guna mengantisipasi kepadatan jalan tol, Budi telah mengimbau kepada para operator bus untuk tidak mengoperasikan semua bus dan mencadangkan unit bus di Jakarta apabila adanya tambahan penumpang.

“Saya sudah bilang ke operator besar kendaraan, jangan dikeluarkan semua, simpan mobil cadangan di satu PO, Sinar Jaya, Damri, Lorena 30-40 untuk menggerakkan ke terminal, jadi ada satu tim dari Jakarta ke arah Timur,” katanya.

Berdasarkan data Kemenhub, moda transportasi yang mengalami kenaikan paling besar adalah bus, yakni 4,68 juta penumpang, lalu kereta api sebanyak 6,45 juta penumpang, kapal laut sebanyak 1,08 juta penumpang, dan pesawat 5,78 juta penumpang.

Sedangkan kendaraan pribadi seperti mobil diprediksi sebanyak 3,76 juta dan sepeda motor sebanyak 6,85 juta. Pada tahun lalu, pengguna mobil hanya sebanyak 3,19 juta dan pengguna motor sebanyak 6,19 juta.

Baca juga: Jumlah penumpang bus diperkirakan naik 10 persen libur Lebaran 2019
Baca juga: Ini komentar KAI soal tiket pesawat mahal, pemudik beralih ke kereta