Pakar: Ekonomi syariah solusi pertumbuhan ekonomi Indonesia
17 Mei 2019 20:05 WIB
Pemimpin Wilayah Bank Muamalat Wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua, Ahmad S Ilham (dari kiri), Ketua Badan Pengurus Harian Masjid Al Markas Al Islamic yang juga mantan Menko Kesra Basri Hasanuddin, Guru Besar Hukum Islam Universitas Hasanuddin Arfin Hamid, Ketua Harian Masyarakat Ekonomi Syariah Sulsel Muhlis Sufri dan GM Hotel Aston Djoko Budi menjadi pembicara pada dialog Ramadan di Makassar, Sulawesi Selatan Jumat (17/5/2019). (ANTARA /Muh Hasanuddin)
Makassar (ANTARA) - Pakar Hukum Ekonomi Islam Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar Prof Dr Arfin Hamid menyatakan sistem ekonomi syariah sudah harus dijalankan di seluruh Indonesia karena menjadi solusi dalam pertumbuhan ekonomi serta pemerataan.
"Jika ingin mengurangi kesenjangan dan meningkatkan pemerataan, maka ekonomi syariah bisa menjadi solusinya," ujar Prof Arfin Hamid saat menjadi pembicara dalam Dialog Ramadhan di Masjid Al Markaz Al Islami Makassar, Jumat.
Ia mengatakan konsepsi sistem ekonomi Islam mengejar pemerataan dan kesejahteraan. Konsep ini bertolak belakang dengan hukum ekonomi kapitalisme yang banyak dijalankan.
Dia menjelaskan sistem ekonomi kapitalisme mengejar pertumbuhan namun meninggalkan pemerataan. Kapitalisme membuat kesenjangan ekonomi yang lebar, korupsi, penyimpangan kekuasaan, hedonistik, individualisme, gaya hidup boros, konsumtif, dan tekanan mental serta psikologis.
Ia menguraikan, ekonomi Islam tidak hanya berkenaan dengan bank Islam. Ekonomi Islam adalah mendorong umat berwirausaha di mana konsep ini sudah cukup berhasil di beberapa negara seperti Malaysia.
"Saat telah memiliki banyak uang, simpan uang di bank syariah. Uang sebagai alat tukar, bukan komoditas," ungkapnya.
Sementara itu Prof Basri Hasanuddin menyatakan konsep ekonomi syariah di era millenial ini menjadi solusi setelah dua faham ekonomi yakni kapitalisme dan sosialisme menguasai perekonomian di banyak negara.
"Dunia ini dikuasai oleh dua faham ekonomi yakni kapitalisme dan sosialisme. Tetapi di era milenial ini ada solusi yang sudah harus diterapkan yakni ekonomi syariah," katanya.
Basri yang juga mantan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra) era Abdurrahman Wahid (Gusdur) mencontohkan beberapa negara yang sudah cukup sukses seperti Malaysia dan Inggris.
"Ekonomi syariah ini bisa dijalankan oleh semuanya tidak mesti harus Islam. Di London, Inggris ekonomi syariah ini sudah mulai diterapkan dan pakar-pakar ekonomi dunia lainnya juga di belahan negara barat sekarang ini sedang mengkajinya," terangnya.
Pada dialog Ramadhan ini, Pemimpin Wilayah Bank Muamalat Wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua, Ahmad S Ilham ditunjuk sebagai moderator dengan beberapa narasumber lainnya.
"Jika ingin mengurangi kesenjangan dan meningkatkan pemerataan, maka ekonomi syariah bisa menjadi solusinya," ujar Prof Arfin Hamid saat menjadi pembicara dalam Dialog Ramadhan di Masjid Al Markaz Al Islami Makassar, Jumat.
Ia mengatakan konsepsi sistem ekonomi Islam mengejar pemerataan dan kesejahteraan. Konsep ini bertolak belakang dengan hukum ekonomi kapitalisme yang banyak dijalankan.
Dia menjelaskan sistem ekonomi kapitalisme mengejar pertumbuhan namun meninggalkan pemerataan. Kapitalisme membuat kesenjangan ekonomi yang lebar, korupsi, penyimpangan kekuasaan, hedonistik, individualisme, gaya hidup boros, konsumtif, dan tekanan mental serta psikologis.
Ia menguraikan, ekonomi Islam tidak hanya berkenaan dengan bank Islam. Ekonomi Islam adalah mendorong umat berwirausaha di mana konsep ini sudah cukup berhasil di beberapa negara seperti Malaysia.
"Saat telah memiliki banyak uang, simpan uang di bank syariah. Uang sebagai alat tukar, bukan komoditas," ungkapnya.
Sementara itu Prof Basri Hasanuddin menyatakan konsep ekonomi syariah di era millenial ini menjadi solusi setelah dua faham ekonomi yakni kapitalisme dan sosialisme menguasai perekonomian di banyak negara.
"Dunia ini dikuasai oleh dua faham ekonomi yakni kapitalisme dan sosialisme. Tetapi di era milenial ini ada solusi yang sudah harus diterapkan yakni ekonomi syariah," katanya.
Basri yang juga mantan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra) era Abdurrahman Wahid (Gusdur) mencontohkan beberapa negara yang sudah cukup sukses seperti Malaysia dan Inggris.
"Ekonomi syariah ini bisa dijalankan oleh semuanya tidak mesti harus Islam. Di London, Inggris ekonomi syariah ini sudah mulai diterapkan dan pakar-pakar ekonomi dunia lainnya juga di belahan negara barat sekarang ini sedang mengkajinya," terangnya.
Pada dialog Ramadhan ini, Pemimpin Wilayah Bank Muamalat Wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua, Ahmad S Ilham ditunjuk sebagai moderator dengan beberapa narasumber lainnya.
Pewarta: Muh. Hasanuddin
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019
Tags: