Bekraf lakukan pendataan pelaku ekonomi kreatif
16 Mei 2019 16:38 WIB
Ilustrasi - Perajin mengikuti uji kompetensi saat kegiatan Sertifikasi Profesi Perajin Kriya Kayu Ukir di Denpasar, Bali, Jumat (10/5/2019). ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/foc. (ANTARA FOTO/FIKRI YUSUF)
Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Badan Ekonomi Kreatif tengah melakukan pendataan terhadap para pelaku ekonomi kreatif di seluruh wilayah Indonesia, melalui platform Bekraf Information System in Mobile Application (BISMA).
Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif Ricky Joseph Pesik mengatakan selama ini, basis data pelaku ekonomi kreatif di Indonesia belum teridentifikasi secara mendetil. Hal tersebut menjadi tugas besar yang harus dibenahi dalam upaya untuk mendorong sektor ekonomi kreatif.
"Selama ini, basis ekonomi kreatif kita belum terindentifikasi secara mendetil. Ini yang menjadi tugas besar, jika kita ingin bicara bahwa ekonomi kreatif akan menjadi sebuah andalan pembangunan nasional kedepan," kata Ricky, di Kota Malang, Jawa Timur, Kamis.
Ricky menjelaskan, dalam aplikasi BISMA tersebut, data mendetil dari para pelaku usaha kreatif di seluruh Indonesia bisa diketahui, seperti sektor usaha, produk yang dihasilkan, dan lainnya. Selain itu juga termasuk mengembangkan jejaring antar pelaku usaha di Indonesia.
Identifikasi data dari para pelaku usaha kreatif tersebut, juga akan memudahkan para pengambil kebijakan untuk menentukan langkah karena hambatan-hambatan yang dihadapi para pelaku usaha bisa teridentifikasi melalui platform tersebut.
"Termasuk jika ada hambatan yang dihadapi para pelaku usaha untuk berkembang, itu bisa diketahui. Oleh karena itu, kami merasa perlu sekali mikro data dari pelaku ekonomi kreatif," ujar RIcky.
Sebanyak 250 pelaku ekonomi kreatif turut serta dalam acara BISMA Goes to Get Member (BIGGER) yang merupakan platform unggulan bagi pelaku kreatif untuk mendaftarkan diri ke database resmi Bekraf.
Untuk mengikuti event tersebut para pelaku ekonomi kreatif di wilayah Provinsi Jawa Timur, khususnya Kota Malang telah mendaftarkan diri dan bergabung dalam aplikasi BISMA yang saat ini sudah merekam kurang lebih 38.800 pelaku usaha dari sektor ekonomi kreatif.
Untuk meningkatkan jumlah pelaku ekonomi kreatif mendaftar dalam BISMA tersebut, lanjut Ricky, perlu dilakukan sosialisasi menyeluruh di berbagai kota yang ada di Indonesia. Saat ini, tercatat baru tiga kota yang telah dilakukan sosialisasi yakni Bogor, Palembang, dan Malang.
"Tentu saja, untuk mengakselerasi kita harus bisa melakukan sosialisasi yang luas kepada seluruh pelaku ekonomi kreatif di seluruh Indonesia," ujar Ricky.
Diharapkan aplikasi tersebut akan mendukung komunikasi dua arah antara pelaku ekonomi kreatif dari 16 subsektor dengan Bekraf, guna memudahkan pemerintah menangkap masalah, monitoring perkembangan usaha, serta menerima saran seputar ekonomi kreatif.
Dengan banyaknya masukan data tersebut diharapkan bisa menghasilkan pemetaan akurat yang dapat membantu penyusunan kebijakan ekonomi kreatif dan menciptakan ekosistem ekonomi kreatif yang kondusif.
Selain itu, pelaku ekonomi kreatif yang terdaftar di BISMA akan lebih mudah dalam mendapatkan kfasilitasi dan dukungan dari Bekraf dalam mengembangkan usaha kreatif mereka kedepannya
Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif Ricky Joseph Pesik mengatakan selama ini, basis data pelaku ekonomi kreatif di Indonesia belum teridentifikasi secara mendetil. Hal tersebut menjadi tugas besar yang harus dibenahi dalam upaya untuk mendorong sektor ekonomi kreatif.
"Selama ini, basis ekonomi kreatif kita belum terindentifikasi secara mendetil. Ini yang menjadi tugas besar, jika kita ingin bicara bahwa ekonomi kreatif akan menjadi sebuah andalan pembangunan nasional kedepan," kata Ricky, di Kota Malang, Jawa Timur, Kamis.
Ricky menjelaskan, dalam aplikasi BISMA tersebut, data mendetil dari para pelaku usaha kreatif di seluruh Indonesia bisa diketahui, seperti sektor usaha, produk yang dihasilkan, dan lainnya. Selain itu juga termasuk mengembangkan jejaring antar pelaku usaha di Indonesia.
Identifikasi data dari para pelaku usaha kreatif tersebut, juga akan memudahkan para pengambil kebijakan untuk menentukan langkah karena hambatan-hambatan yang dihadapi para pelaku usaha bisa teridentifikasi melalui platform tersebut.
"Termasuk jika ada hambatan yang dihadapi para pelaku usaha untuk berkembang, itu bisa diketahui. Oleh karena itu, kami merasa perlu sekali mikro data dari pelaku ekonomi kreatif," ujar RIcky.
Sebanyak 250 pelaku ekonomi kreatif turut serta dalam acara BISMA Goes to Get Member (BIGGER) yang merupakan platform unggulan bagi pelaku kreatif untuk mendaftarkan diri ke database resmi Bekraf.
Untuk mengikuti event tersebut para pelaku ekonomi kreatif di wilayah Provinsi Jawa Timur, khususnya Kota Malang telah mendaftarkan diri dan bergabung dalam aplikasi BISMA yang saat ini sudah merekam kurang lebih 38.800 pelaku usaha dari sektor ekonomi kreatif.
Untuk meningkatkan jumlah pelaku ekonomi kreatif mendaftar dalam BISMA tersebut, lanjut Ricky, perlu dilakukan sosialisasi menyeluruh di berbagai kota yang ada di Indonesia. Saat ini, tercatat baru tiga kota yang telah dilakukan sosialisasi yakni Bogor, Palembang, dan Malang.
"Tentu saja, untuk mengakselerasi kita harus bisa melakukan sosialisasi yang luas kepada seluruh pelaku ekonomi kreatif di seluruh Indonesia," ujar Ricky.
Diharapkan aplikasi tersebut akan mendukung komunikasi dua arah antara pelaku ekonomi kreatif dari 16 subsektor dengan Bekraf, guna memudahkan pemerintah menangkap masalah, monitoring perkembangan usaha, serta menerima saran seputar ekonomi kreatif.
Dengan banyaknya masukan data tersebut diharapkan bisa menghasilkan pemetaan akurat yang dapat membantu penyusunan kebijakan ekonomi kreatif dan menciptakan ekosistem ekonomi kreatif yang kondusif.
Selain itu, pelaku ekonomi kreatif yang terdaftar di BISMA akan lebih mudah dalam mendapatkan kfasilitasi dan dukungan dari Bekraf dalam mengembangkan usaha kreatif mereka kedepannya
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2019
Tags: