Katupek gulai tunjang jadi makanan favorit warga Pariaman saat berbuka
16 Mei 2019 15:45 WIB
Pedagang katupek gulai tunjang di Pasar Pabukoaan Kurai Taji, Kota Pariaman, Sumbar sedang memasukkan makanan tersebut ke dalam kantong plastik yang merupakan pesanan warga setempat. (Antara Sumbar/Aadiaat M.S)
Pariaman (ANTARA) - Katupek atau ketupat gulai tunjang menjadi makanan favorit warga Kecamatan Pariaman Selatan, Kota Pariaman, Sumatera Barat, untuk berbuka puasa.
"Makanan tersebut biasanya dijual di Pasar Kurai Taji yang biasa disebut dengan los lambuang atau lambung," kata Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Usaha Kecil Menengah Kota Pariaman Gusniyetti Zaunit di Pariaman, Kamis.
Ia mengatakan biasanya pedagang di pasar itu menjual makanan tersebut selama 24 jam dengan sistem bergantian namun saat Ramadhan banyak pedagang musiman yang menjual makanan itu.
Pedagang musiman tersebut berjualan di pasar pabukoaan yang disediakan oleh Pemerintah Kota Pariaman di parkiran Pasar Kurai Taji.
"Biasanya yang berjualan katupek di los lambuang tujuh orang namun sekarang bertambah," katanya.
Berdasarkan pantauan jumlah pedagang musiman yang menjual katupek gulai tunjang di pasar tersebut mencapai tiga sampai empat orang.
Selain katupek gulai tunjang, lanjutnya di pasar tersebut juga dijual katupek gulai paku atau gulai pakis, sate, dan teh talua.
Ia menjelaskan dinamakannya pasar tersebut sebagai los lambuang karena menjual makanan terutama sarapan.
"Bahkan tidak lengkap datang ke Pariaman jika tidak datang ke los lambuang dan mencicipi kelezatan makanan yang ada," ujarnya.
Sementara itu, salah seorang pedagang katupek gulai tunjang musiman Emide mengatakan biasanya ia menjual serabi di pasar tersebut .
"Namun setiap Ramadhan saya menjual katupek gulai tunjang karena selalu laris," kata dia.
Ia mengatakan bahan utama membuat gulai tunjang tersebut yaitu kaki atau tungkai bawah kerbau yang dipotong-potong yang dijual Rp30 ribu per porsi.
Keuntungan yang diraihnya setiap hari dari menjual makanan tersebut mencapai 50 persen.
"Modal hanya Rp100 ribu sedangkan hasil jual beli mencapai Rp150 ribu," ujar dia.
Baca juga: BI Sumbar gelar Pasar Murah di lima lokasi untuk kendalikan inflasi
Baca juga: Perajin peci di Pariaman banjir pesanan memasuki Ramadhan 2018
"Makanan tersebut biasanya dijual di Pasar Kurai Taji yang biasa disebut dengan los lambuang atau lambung," kata Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Usaha Kecil Menengah Kota Pariaman Gusniyetti Zaunit di Pariaman, Kamis.
Ia mengatakan biasanya pedagang di pasar itu menjual makanan tersebut selama 24 jam dengan sistem bergantian namun saat Ramadhan banyak pedagang musiman yang menjual makanan itu.
Pedagang musiman tersebut berjualan di pasar pabukoaan yang disediakan oleh Pemerintah Kota Pariaman di parkiran Pasar Kurai Taji.
"Biasanya yang berjualan katupek di los lambuang tujuh orang namun sekarang bertambah," katanya.
Berdasarkan pantauan jumlah pedagang musiman yang menjual katupek gulai tunjang di pasar tersebut mencapai tiga sampai empat orang.
Selain katupek gulai tunjang, lanjutnya di pasar tersebut juga dijual katupek gulai paku atau gulai pakis, sate, dan teh talua.
Ia menjelaskan dinamakannya pasar tersebut sebagai los lambuang karena menjual makanan terutama sarapan.
"Bahkan tidak lengkap datang ke Pariaman jika tidak datang ke los lambuang dan mencicipi kelezatan makanan yang ada," ujarnya.
Sementara itu, salah seorang pedagang katupek gulai tunjang musiman Emide mengatakan biasanya ia menjual serabi di pasar tersebut .
"Namun setiap Ramadhan saya menjual katupek gulai tunjang karena selalu laris," kata dia.
Ia mengatakan bahan utama membuat gulai tunjang tersebut yaitu kaki atau tungkai bawah kerbau yang dipotong-potong yang dijual Rp30 ribu per porsi.
Keuntungan yang diraihnya setiap hari dari menjual makanan tersebut mencapai 50 persen.
"Modal hanya Rp100 ribu sedangkan hasil jual beli mencapai Rp150 ribu," ujar dia.
Baca juga: BI Sumbar gelar Pasar Murah di lima lokasi untuk kendalikan inflasi
Baca juga: Perajin peci di Pariaman banjir pesanan memasuki Ramadhan 2018
Pewarta: Altas Maulana
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019
Tags: