Sukabumi, Jabar (ANTARA) - Lokasi bencana pergeseran tanah di Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat tepatnya di Kampung Gunungbatu sudah menjadi kampung mati karena tidak lagi dihuni dan ditinggalkan warganya.

"Seluruh penghuninya sudah meninggalkan kampung ini baik yang memilih tinggal di pengungsian maupun numpang di sanak keluarganya," kata Kepala Desa Kertaangsana, Agus Sudrajat di Sukabumi, Kamis.

Menurutnya, Kampung Gunungbatu sudah tidak bisa lagi dijadikan permukiman karena dari hasil penelitian yang dilakukan Badan Geologi daerah ini masuk zona merah bencana. Bahkan hampir setiap hari tanah bergeser yang awalnya hanya beberapa centimeter sekarang bisa hingga satu hingga enam meter setiap jamnya.

Selain itu, warga yang rumahnya terdampak bencana sudah dilarang masuk ke kampung itu khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, serta lahan pertaniannya pun tidak bisa digunakan sehingga sisa padi yang seharusnya dipanen terpaksa ditinggalkan begitu saja.

Dari data terakhir, jumlah rumah yang ambruk sebanyak 90 unit dan 36 lainnya terdampak, meskipun tidak hancur tapi sudah tidak bisa lagi digunakan oleh penghuninya sebab kondisinya sudah miring dan sewaktu-waktu bisa ambruk.

"Meskipun tidak ada korban jiwa pada bencana ini, tetapi ratusan jiwa harus kehilangan tempat tinggalnya. Bahkan, harus merelakan rumah dan tanahnya tersebut untuk ditinggalkan karena sudah tidak bisa lagi digunakan," tambahnya.

Agus mengatakan saat ini tengah dibangun hunian sementara (huntara) untuk para korban bencana yang bantuan ini berasal dari warga yang ingin namanya tidak disebut atau hamba Allah SWT. Diharapkan pada 7 Juni mendatang huntara tersebut bisa selesai dibangun dan seluruh pengungsi yang bertahan di pengungsian bisa dipindahkan sementara.

Adapun lokasi huntara tersebut di Kampung Cigarogeh yang jaraknya sekitar satu hingga satu setengah kilometer dari Kampung Gunungbatu. Lokasi pembangunan huntara ini cukup strategis dan lahannya milik pengusaha swasta.