New York (ANTARA) - Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) menguat pada akhir perdagangan pada hari Rabu waktu setempat (Kamis pagi WIB), di tengah melemahnya pound sterling Inggris karena kisruh yang berkelanjutan atas Brexit.

Perdana Menteri Inggris Theresa May mengkonfirmasikan hari Rabu bahwa dia masih ingin Inggris meninggalkan Uni Eropa. Namun, PM May menolak referendum kedua tentang Serikat Kepabeanan Uni Eropa.

Laporan media yang meluas di London pada hari Rabu mengatakan May akan mengajukan proposal Brexit kepada Anggota Parlemen (MP) pada awal Juni untuk keempat kalinya.

Downing Street mengatakan pemerintah berencana untuk menerbitkan RUU Penarikan Perjanjian pada pekan pertama Juni mulai tanggal 3 untuk memaksa anggota parlemen ke dalam pilihan antara kesepakatan di atas meja atau kemungkinan Brexit dibatalkan. Namun, Partai Serikat Demokrat (DUP) di House of Commons dilaporkan secara tegas tidak berencana untuk mendukung RUU tersebut.

Indeks dolar, yang mengukur nilai mata uang itu terhadap enam mata uang utama, naik 0,04 persen pada 97,5705 pada akhir perdagangan di New York.

Pada akhir perdagangan valuta asing itu, euro jatuh ke 1,1203 dolar dari 1,1207 dolar di sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,2843 dolar dari 1,2904 dolar AS di sesi sebelumnya. Sementara dolar Australia turun menjadi 0,6927 dolar dari 0,6944 dolar.

Kurs dolar AS dikutip pada angka109,55 yen Jepang, lebih rendah dari 109,63 yen pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 1,0092 franc Swiss dari 1,0094 franc Swiss, dan turun menjadi 1,3438 dolar Kanada dari 1,3466 dolar Kanada.

Baca juga: Dolar naik tipis terhadap euro dan pound, didukung data ekonomi AS