Gerilyawan Al-Houthi mundur dari beberapa pelabuhan Yaman
15 Mei 2019 18:35 WIB
Ilustrasi - Pendukung Houthi membawa gambar mendiang Saleh al-Samad, pejabat senior Houthi, saat mengikuti aksi protes atas tewasnya Saleh dalam serangan udara koalisi Saudi di Hodeidah, Sanaa, Yaman, Kamis (26/4/2018). ANTARA/REUTERS/Mohamed al-Sayaghi/aa
Aden, Yaman (ANTARA) - Gerilyawan Syiah Yaman, Al-Houthi, mundur dari tiga pelabuhan Laut Merah di negeri tersebut, kata seorang juru bicara pasukan gabungan pro-pemerintah pada Selasa larut malam (14/5).
Waddah Dubaish mengatakan kepada wartawan Kantor Berita Turki, Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu sore, penarikan diri tersebut meliputi dari Pelabuhan Al-Hudaydah, yang strategis.
Penarikan itu dimulai pada 11 Maret di bawah pengawasan PBB.
Dubaish mengatakan Michael Lollesgaard, pemimpin Komite Koordinasi Penggelaran Kembali PBB, telah mengirim pernyataan kepada Pemerintah Yaman. Di dalam pernyataan tersebut, gerilyawan Al-Houthi menegaskan telah mundur dari Pelabuhan Al-Hudaydah, Salif dan Ras Isa.
Pelabuhan Al-Hudaydah memiliki kepentingan besar buat Yaman, sebab 90 persen produk makanan dan 80 persen bantuan kemanusiaan memasuki negeri itu melalui pelabuhan tersebut.
Kesepakatan Stockholm
Selama perundingan yang diselenggarakan pada 13 Desember tahun lalu di Stockholm, Swedia, pihak yang berperang di Yaman mencapai kesepakatan berkaitan dengan Provinsi Taiz, pelabuhan, gencatan senjata di Al-Hudaydah dan pertukaran tahanan.
Yaman telah dirongrong oleh kerusuhan dan kekacauan sejak 2014, ketika gerilyawan Al-Houthi menguasai sebagian besar wilayah negeri tersebut, termasuk Ibu Kotanya, Sana'a. Krisis itu meningkat pada 2015, ketika koalisi militer pimpinan Arab Saudi melancarkan serangan udara yang memporak-porandakan dengan tujuan memutar-balikkan perolehan wilayah Al-Houthi.
Sejak itu, puluhan ribu orang Yaman, termasuk warga sipil, diduga telah tewas dalam konflik tersebut sementara 14 juta orang lagi menghadapi risiko kelaparan, kata PBB.
Menurut data PBB, warga Yaman menghadapi salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia; lebih dari 10 juta orang terdesak ke jurang kelaparan. Lebih dari 22 juta orang di Yaman sangat memerlukan perlindungan dan bantuan kemanusiaan.
Sumber: Anadolu Agency
Baca juga: Gerilyawan Al-Houthi tuduh Inggris berusaha gelincirkan proses perdamaian Yaman
Baca juga: Komisi HAM: gerilyawan Al-Houthi culik 20 wartawan di Sana`a
Baca juga: UAE: Koalisi Arab hampir usir gerilyawan Al-Houthi dari Hodeidah, Yaman
Waddah Dubaish mengatakan kepada wartawan Kantor Berita Turki, Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu sore, penarikan diri tersebut meliputi dari Pelabuhan Al-Hudaydah, yang strategis.
Penarikan itu dimulai pada 11 Maret di bawah pengawasan PBB.
Dubaish mengatakan Michael Lollesgaard, pemimpin Komite Koordinasi Penggelaran Kembali PBB, telah mengirim pernyataan kepada Pemerintah Yaman. Di dalam pernyataan tersebut, gerilyawan Al-Houthi menegaskan telah mundur dari Pelabuhan Al-Hudaydah, Salif dan Ras Isa.
Pelabuhan Al-Hudaydah memiliki kepentingan besar buat Yaman, sebab 90 persen produk makanan dan 80 persen bantuan kemanusiaan memasuki negeri itu melalui pelabuhan tersebut.
Kesepakatan Stockholm
Selama perundingan yang diselenggarakan pada 13 Desember tahun lalu di Stockholm, Swedia, pihak yang berperang di Yaman mencapai kesepakatan berkaitan dengan Provinsi Taiz, pelabuhan, gencatan senjata di Al-Hudaydah dan pertukaran tahanan.
Yaman telah dirongrong oleh kerusuhan dan kekacauan sejak 2014, ketika gerilyawan Al-Houthi menguasai sebagian besar wilayah negeri tersebut, termasuk Ibu Kotanya, Sana'a. Krisis itu meningkat pada 2015, ketika koalisi militer pimpinan Arab Saudi melancarkan serangan udara yang memporak-porandakan dengan tujuan memutar-balikkan perolehan wilayah Al-Houthi.
Sejak itu, puluhan ribu orang Yaman, termasuk warga sipil, diduga telah tewas dalam konflik tersebut sementara 14 juta orang lagi menghadapi risiko kelaparan, kata PBB.
Menurut data PBB, warga Yaman menghadapi salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia; lebih dari 10 juta orang terdesak ke jurang kelaparan. Lebih dari 22 juta orang di Yaman sangat memerlukan perlindungan dan bantuan kemanusiaan.
Sumber: Anadolu Agency
Baca juga: Gerilyawan Al-Houthi tuduh Inggris berusaha gelincirkan proses perdamaian Yaman
Baca juga: Komisi HAM: gerilyawan Al-Houthi culik 20 wartawan di Sana`a
Baca juga: UAE: Koalisi Arab hampir usir gerilyawan Al-Houthi dari Hodeidah, Yaman
Penerjemah: Chaidar Abdullah
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019
Tags: