Jakarta (ANTARA) - Aplikasi pesan WhatsApp ditemukan memiliki celah keamanan yang dapat diinjeksi spyware yang akan menginfeksi ponsel melalui panggilan telepon, baik diangkat maupun tidak.

Celah keamanan ini pertama kali diberitakan oleh The Financial Times, spyware itu dibuat perusahaan keamanan intelijen NSO dari Israel, dikutip dari laman The Verge.

Setelah melakukan panggilan telepon, spyware akan mengaktifkan kamera dan mikrofon, memindai email dan pesan serta mengambil lokasi data pengguna. WhatsApp mengonfirmasi kabar spyware ini dan meminta pengguna mereka untuk segera memperbarui aplikasi.

"WhatsApp meminta pengguna untuk memperbarui aplikasi ke versi terkini, juga memperbarui sistem operasi ponsel demi melindungi potensi perangkat dieksploitasi yang menyasar informasi yang disimpan di ponsel," kata WhatsApp dalam keterangan tertulis.

Celah keamanan ini ditemukan awal Mei dan pekan lalu, seorang pengacara kasus hak asasi manusia di Inggris Raya diserang oleh program Pegasus dari NSO, menurut lembaga Citizens Lab.

WhatsApp sudah memblokir serangan tersebut dan sedang menyelidiki kasus tersebut.

Menurut sumber yang dirahasiakan, WhatsApp belum bisa menaksir jumlah perangkat yang diserang spyware tersebut.

NSO menyatakan menjual program Pegasus mereka ke lembaga pemerintah dan penegak hukum untuk memerangi tindakan kriminal dan terorisme.

Baca juga: Kemarin, Han Ji-seong meninggal hingga tips berpuasa pasien kanker

Baca juga: WhatsApp akan berhenti di Windows Phone, Android dan iOS versi lawas

Baca juga: WhatsApp masih digunakan untuk berbagi video pelecehan seksual anak