Prancis bantu 1 juta euro untuk nelayan korban tsunami di Sulawesi
13 Mei 2019 19:06 WIB
Pemberian bantuan dari Badan Pembangunan Prancis (AFD) kepada para nelayan yang kehilangan kapalnya akibat tsunami di Palu, Sulawesi Tengah. (Kedutaan Besar Prancis di Jakarta)
Jakarta (ANTARA) - Badan Pembangunan Prancis (AFD) memberikan kontribusi 1 juta euro atau sekitar Rp16,24 miliar untuk memperkuat pertahanan masyarakat pesisir di sekitar Kota Palu, yang pada September 2018 dilanda gempa bumi dan tsunami.
Bantuan tersebut diberikan kepada CCFD-Terre Solidaire, sebuah LSM Prancis yang bekerjasama dengan Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) sebagai mitra pelaksana, untuk memulihkan alat-alat produksi beberapa komunitas pesisir yang hanya hidup dari mencari ikan di laut, dan untuk memperkuat ekonomi lokal melalui pendekatan yang lebih global dan inklusif yang berbasis masyarakat.
“Prancis telah menanggapi dengan cepat setelah terjadinya tsunami dan gempa bumi dahsyat dengan memberikan bantuan kemanusiaan, yaitu 40 petugas keamanan sipil dan dua unit pengolahan air telah dikerahkan di Palu. Delapan bulan kemudian, saya senang bahwa AFD dan CCFD Terre-solidaire, sebuah LSM Perancis, dimobilisasi untuk mendukung pemulihan ekonomi lokal dengan memberikan 650 kapal kepada nelayan lokal yang kehilangan segalanya,” kata Duta Besar Prancis untuk Indonesia dan Timor Leste Jean-Charles Berthonnet dalam keterangan tertulis Kedutaan Besar Prancis di Jakarta, Senin.
Bantuan 650 kapal yang dilengkapi peralatan itu direncanakan untuk didistribusikan kepada para nelayan dan kelompok-kelompok yang kehilangan kapal dan alat tangkap mereka setelah tsunami.
Perjanjian pemberian bantuan tersebut ditandatangani oleh AFD dan CCFD pada 7 Mei 2019, disaksikan oleh Dubes Berthonnet, Anggota Parlemen Prancis Anne Gennetet, serta Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola.
Kontribusi tersebut adalah bagian dari pendanaan khusus yang didedikasikan oleh AFD untuk situasi setelah krisis.
Gempa bumi bermagnitudo 7,4 dan tsunami telah menghancurkan bagian utara Donggala dan barat laut Palu di Sulawesi Tengah pada akhir 2018.
Bencana tersebut mengakibatkan lebih dari 2.000 orang tewas, 12.500 orang terluka, dan setidaknya 1.300 orang dilaporkan hilang. Sekitar 68.000 rumah, 78 bangunan komersial, dan 265 sekolah dilaporkan hancur.
Nelayan rakyat kehilangan lebih dari 7.000 kapal penangkap ikan yang menjadi mata pencaharian mereka.
Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola menyoroti bahwa fase kemanusiaan telah berakhir, kini daerahnya perlu pulih sepenuhnya dari gempa dan tsunami.
“Saya sangat senang bahwa LSM Prancis dan LSM Indonesia dapat dibiayai oleh Badan Pembangunan Prancis untuk mendukung pemulihan ekonomi pesisir,” kata dia.
Proyek ini juga akan meningkatkan kesadaran tentang cara-cara ekologis untuk mengurangi dampak tsunami. Berbagai jenis bakau akan ditanam untuk masing-masing desa yang ditargetkan sesuai dengan spesifikasi lingkungannya untuk memastikan perlindungan alami masyarakat pesisir.
Setidaknya 100 ribu pohon akan ditanam di delapan desa yang ditargetkan.
AFD adalah lembaga keuangan publik yang inklusif dan aktor utama dalam kebijakan pembangunan Prancis, yang berupaya meningkatkan kehidupan sehari-hari masyarakat di negara-negara berkembang di luar Prancis.
AFD bekerja di banyak sektor, diantaranya, energi, kesehatan, keanekaragaman hayati, air, teknologi digital, pelatihan--dan mendukung transisi ke dunia yang lebih aman, lebih adil dan lebih berkelanjutan.
Melalui jaringan 85 agennya, AFD beroperasi di 109 negara dan saat ini mendukung lebih dari 3.600 proyek pembangunan.
AFD mulai beroperasi di Indonesia pada 2007 dengan mandat yang berfokus pada perang melawan perubahan iklim. Sejak itu, AFD telah memobilisasi lebih dari 2 miliar euro pembiayaan di Indonesia dan bertujuan untuk berkontribusi pada pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) dan kepentingan bersama.
Baca juga: Forum FITE kolaborasi Prancis-Indonesia dukung maritim berkelanjutan
Baca juga: Indonesia-Prancis perkuat kerja sama pengembangan perkotaan berkelanjutan
Baca juga: Menteri Prancis sebut boikot bukan solusi tangani isu sawit
Bantuan tersebut diberikan kepada CCFD-Terre Solidaire, sebuah LSM Prancis yang bekerjasama dengan Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) sebagai mitra pelaksana, untuk memulihkan alat-alat produksi beberapa komunitas pesisir yang hanya hidup dari mencari ikan di laut, dan untuk memperkuat ekonomi lokal melalui pendekatan yang lebih global dan inklusif yang berbasis masyarakat.
“Prancis telah menanggapi dengan cepat setelah terjadinya tsunami dan gempa bumi dahsyat dengan memberikan bantuan kemanusiaan, yaitu 40 petugas keamanan sipil dan dua unit pengolahan air telah dikerahkan di Palu. Delapan bulan kemudian, saya senang bahwa AFD dan CCFD Terre-solidaire, sebuah LSM Perancis, dimobilisasi untuk mendukung pemulihan ekonomi lokal dengan memberikan 650 kapal kepada nelayan lokal yang kehilangan segalanya,” kata Duta Besar Prancis untuk Indonesia dan Timor Leste Jean-Charles Berthonnet dalam keterangan tertulis Kedutaan Besar Prancis di Jakarta, Senin.
Bantuan 650 kapal yang dilengkapi peralatan itu direncanakan untuk didistribusikan kepada para nelayan dan kelompok-kelompok yang kehilangan kapal dan alat tangkap mereka setelah tsunami.
Perjanjian pemberian bantuan tersebut ditandatangani oleh AFD dan CCFD pada 7 Mei 2019, disaksikan oleh Dubes Berthonnet, Anggota Parlemen Prancis Anne Gennetet, serta Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola.
Kontribusi tersebut adalah bagian dari pendanaan khusus yang didedikasikan oleh AFD untuk situasi setelah krisis.
Gempa bumi bermagnitudo 7,4 dan tsunami telah menghancurkan bagian utara Donggala dan barat laut Palu di Sulawesi Tengah pada akhir 2018.
Bencana tersebut mengakibatkan lebih dari 2.000 orang tewas, 12.500 orang terluka, dan setidaknya 1.300 orang dilaporkan hilang. Sekitar 68.000 rumah, 78 bangunan komersial, dan 265 sekolah dilaporkan hancur.
Nelayan rakyat kehilangan lebih dari 7.000 kapal penangkap ikan yang menjadi mata pencaharian mereka.
Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola menyoroti bahwa fase kemanusiaan telah berakhir, kini daerahnya perlu pulih sepenuhnya dari gempa dan tsunami.
“Saya sangat senang bahwa LSM Prancis dan LSM Indonesia dapat dibiayai oleh Badan Pembangunan Prancis untuk mendukung pemulihan ekonomi pesisir,” kata dia.
Proyek ini juga akan meningkatkan kesadaran tentang cara-cara ekologis untuk mengurangi dampak tsunami. Berbagai jenis bakau akan ditanam untuk masing-masing desa yang ditargetkan sesuai dengan spesifikasi lingkungannya untuk memastikan perlindungan alami masyarakat pesisir.
Setidaknya 100 ribu pohon akan ditanam di delapan desa yang ditargetkan.
AFD adalah lembaga keuangan publik yang inklusif dan aktor utama dalam kebijakan pembangunan Prancis, yang berupaya meningkatkan kehidupan sehari-hari masyarakat di negara-negara berkembang di luar Prancis.
AFD bekerja di banyak sektor, diantaranya, energi, kesehatan, keanekaragaman hayati, air, teknologi digital, pelatihan--dan mendukung transisi ke dunia yang lebih aman, lebih adil dan lebih berkelanjutan.
Melalui jaringan 85 agennya, AFD beroperasi di 109 negara dan saat ini mendukung lebih dari 3.600 proyek pembangunan.
AFD mulai beroperasi di Indonesia pada 2007 dengan mandat yang berfokus pada perang melawan perubahan iklim. Sejak itu, AFD telah memobilisasi lebih dari 2 miliar euro pembiayaan di Indonesia dan bertujuan untuk berkontribusi pada pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) dan kepentingan bersama.
Baca juga: Forum FITE kolaborasi Prancis-Indonesia dukung maritim berkelanjutan
Baca juga: Indonesia-Prancis perkuat kerja sama pengembangan perkotaan berkelanjutan
Baca juga: Menteri Prancis sebut boikot bukan solusi tangani isu sawit
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Azizah Fitriyanti
Copyright © ANTARA 2019
Tags: