Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah Kamis sore terpuruk melewati angka batas psikologis Rp9.300, karena pelaku membeli dolar AS, setelah mata uang asing di pasar global menguat terhadap yen. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS merosot menjadi Rp9.307/9.310 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.299/9.303 per dolar AS atau melemah delapan poin. Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, mengatakan rupiah makin terpuruk, karena dolar AS terhadap mata uang utama Asia, terutama yen, dalam beberapa hari ini terus menguat yang berpengaruh negatif terhadap mata uang lokal itu. "Kami memperkirakan rupiah pada hari berikut akan tetap tertekan, sehingga makin menjauhi level Rp9.300 per dolar AS, ucapnya. Rupiah, lanjut dia, setelah penurunan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin yang seharus bisa bergerak naik bahkan tertekan, karena pelaku pasar kecewa dengan penurunan bunga The Fed yang diperkirakan lebih tinggi. Selain itu juga kebutuhan pelaku pasar terhadap dolar menjelang liburan akhir tahun cukup tinggi. Mereka mempersiapkan diri untuk bisa berlibur keluar negeri, katanya. Menurut dia, apabila rupiah menembus level Rp9.400 per dolar AS, Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan kembali memasuki untuk melepas cadangan dolar AS, karena rupiah di atas level itu sangat tidak mendukung pertumbuhan ekonomi. Karena pembelian minyak mentah dunia oleh pemerintah yang menggunakan dolar AS harganya akan menjadi lebih tinggi, akibat makin terpuruknya rupiah, ucapnya. Ia mengatakan rupiah yang terpuruk saat ini sebelumnya sempat berada di level Rp9.230 per dolar AS, akibat masuknya BI ke pasar dengan melepas cadangan dolar AS. Namun peran BI dipasar diperkirakan tidak berlanjut, setelah posisi rupiah membaik, karena dalam dua hari berikutnya rupiah kembali tertekan, ucapnya. Apalagi isu positif terhadap rupiah setelah penurunan suku bunga The Fed tidak ada lagi, bahkan faktor fundamental ekonomi juga cenderung menekan mata uang lokal itu, katanya. (*)