Warga Mesir, Pakistan dan India ikut buka bersama
13 Mei 2019 11:05 WIB
Kedutaan Indonesia di Stockholm dan kelompok pengajian Al-Ikhlas, komunitas Indonesia di Stockholm mengelar acara buka puasa bersama yang juga dihadiri umat muslim dari Swedia serta warga India, Pakistan, Bangladesh, Mesir yang diadakan di Wisma Dubes pada akhir pekan.
London (ANTARA) - Kedutaan Indonesia di Stockholm dan kelompok pengajian komunitas Indonesiapengajian Al-Ikhlas di Stockholm mengelar buka puasa bersama yang juga dihadiri umat muslim dari Swedia serta warga India, Pakistan, Bangladesh, Mesir yang diadakan di Wisma Dubes pada akhir pekan.
Fungsi Penerangan, Sosial, dan Budaya KBRI Stockholm, Swedia, Fajar Primananda, kepada Antara London, Senin menyebutkan acara buka puasa diawali dengan tausiyah yang disampaikan ustad Dr. Kun Mahardi dan sambutan Dubes Bagas Hapsoro yang mengucapkan penghargaan atas kedatangan para hadirin dan penceramah.
Dubes juga mengucapkan terima kasih kepada hadirin atas bantuan ditunjukkan baik berupa makanan, bantuan tenaga maupun pengaturan acara . ”Hal ini sangatlah berarti bagi kita. Semoga apa yang sudah diberikan kepada kami itu dicatat amal baik dan mendapatkan imbalan dari Allah SWT”, demikian Dubes Bagas.
Intisari yang disampaikan pada ceramah Dr. Kun Mahardi adalah perlunya berbuat baik kepada sesama manusia. Sebagai bulan yang penuh dengan perjuangan, kesabaran dan berkah. Menahan lapar sebagai solidaritas kepada golongan yang tidak berkecukupan.
”Allah Subhanawata’ala telah menunjukkan hal yang hakiki”, kata Ustad Kun Mahardi. Disebutkan bulan suci ini adalah kesempatan bermunajat dan memberikan sedekah kepada sesama manusia.
Menurut Ustad yang menetap selama sembilan tahun di Denmark itu, Tuhan Yang Maha Kuasa akan memberikan apa yang kita perlukan. ”Bukan memberikan yang kita mau. Karena manusia itu tidak pernah puas untuk menerima rezeki atau nikmat”, ujar Kun Marhadi.
Godaan menahan diri itu diperlukan disemua kehidupan negara dan masyarakat. “Bergunjing, berbohong, mengumpat, marah dan buruk sangka adalah sumber dari kehancuran dan bertentangan dengan spirit Ramadhan”, ujar Kun Marhadi yang disebutkan bahwa yang dikehendaki ajaran Kitab Suci adalah sifat sabar (hilm), rendah hati (tawadu), pemurah dan ahlak yang baik.
Selesai ceramah dilanjutkan dengan tanya jawab dan diteruskan buka puasa bersama dan sembahyang Magrib dan setelah menikmati hidangan makan malam.
Dibandingkan dengan di Indonesia, durasi berpuasa di Swedia untuk tahun ini lebih lama tiga jam. Indonesia waktu berbuka sekitar pukul 18.00, di Swedia waktu berbuka pukul 21.00. Sebagai gambaran, suasana jam lima pagi sudah sangat terang seperti jam sembilan pagi. Sementara suasana jam 20.00 malam masih terang seperti jam empat sore. Namun demikian, durasi yang lebih panjang terbantu dengan suhu dan lingkungan di Swedia yang teduh berkisar antara 7-12 derajat Celcius, jauh jika dibandingkan dengan Jakarta yang mencapai 34 derajat Celsius. Selain itu kualitas udara di Swedia juga tergolong sangat baik. Negara ini hampir tidak ada polusi, bahkan pemerintah dan rakyat Swedia sangat menjaga ketat alamnya.
Baca juga: Jadi minuman resmi Nobel, Kopi Gayo bakal dipromosikan di Swedia
Baca juga: Musik gamelan pukau musisi klasik Swedia
Baca juga: Muslim di Stockholm puasa selama 20 jam
Fungsi Penerangan, Sosial, dan Budaya KBRI Stockholm, Swedia, Fajar Primananda, kepada Antara London, Senin menyebutkan acara buka puasa diawali dengan tausiyah yang disampaikan ustad Dr. Kun Mahardi dan sambutan Dubes Bagas Hapsoro yang mengucapkan penghargaan atas kedatangan para hadirin dan penceramah.
Dubes juga mengucapkan terima kasih kepada hadirin atas bantuan ditunjukkan baik berupa makanan, bantuan tenaga maupun pengaturan acara . ”Hal ini sangatlah berarti bagi kita. Semoga apa yang sudah diberikan kepada kami itu dicatat amal baik dan mendapatkan imbalan dari Allah SWT”, demikian Dubes Bagas.
Intisari yang disampaikan pada ceramah Dr. Kun Mahardi adalah perlunya berbuat baik kepada sesama manusia. Sebagai bulan yang penuh dengan perjuangan, kesabaran dan berkah. Menahan lapar sebagai solidaritas kepada golongan yang tidak berkecukupan.
”Allah Subhanawata’ala telah menunjukkan hal yang hakiki”, kata Ustad Kun Mahardi. Disebutkan bulan suci ini adalah kesempatan bermunajat dan memberikan sedekah kepada sesama manusia.
Menurut Ustad yang menetap selama sembilan tahun di Denmark itu, Tuhan Yang Maha Kuasa akan memberikan apa yang kita perlukan. ”Bukan memberikan yang kita mau. Karena manusia itu tidak pernah puas untuk menerima rezeki atau nikmat”, ujar Kun Marhadi.
Godaan menahan diri itu diperlukan disemua kehidupan negara dan masyarakat. “Bergunjing, berbohong, mengumpat, marah dan buruk sangka adalah sumber dari kehancuran dan bertentangan dengan spirit Ramadhan”, ujar Kun Marhadi yang disebutkan bahwa yang dikehendaki ajaran Kitab Suci adalah sifat sabar (hilm), rendah hati (tawadu), pemurah dan ahlak yang baik.
Selesai ceramah dilanjutkan dengan tanya jawab dan diteruskan buka puasa bersama dan sembahyang Magrib dan setelah menikmati hidangan makan malam.
Dibandingkan dengan di Indonesia, durasi berpuasa di Swedia untuk tahun ini lebih lama tiga jam. Indonesia waktu berbuka sekitar pukul 18.00, di Swedia waktu berbuka pukul 21.00. Sebagai gambaran, suasana jam lima pagi sudah sangat terang seperti jam sembilan pagi. Sementara suasana jam 20.00 malam masih terang seperti jam empat sore. Namun demikian, durasi yang lebih panjang terbantu dengan suhu dan lingkungan di Swedia yang teduh berkisar antara 7-12 derajat Celcius, jauh jika dibandingkan dengan Jakarta yang mencapai 34 derajat Celsius. Selain itu kualitas udara di Swedia juga tergolong sangat baik. Negara ini hampir tidak ada polusi, bahkan pemerintah dan rakyat Swedia sangat menjaga ketat alamnya.
Baca juga: Jadi minuman resmi Nobel, Kopi Gayo bakal dipromosikan di Swedia
Baca juga: Musik gamelan pukau musisi klasik Swedia
Baca juga: Muslim di Stockholm puasa selama 20 jam
Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019
Tags: