Surabaya (ANTARA News) - Ketua Tim Peneliti "Avian Influenza" (AI) dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Dr drh Chairul A Nidom MS, mengingatkan bahwa Indonesia bisa menjadi pandemik (sumber wabah penyakit) AI atau Flu Burung di dunia jika pemerintah tidak segera mengambil langkah mendasar mencegahnya. "Indonesia menjadi `juara dunia` AI dengan 115 orang terjangkit virus AI yang 92 orang diantaranya meninggal dunia. Tapi pemerintah belum melakukan langkah yang mendasar untuk menghadang," katanya kepada ANTARA News di Surabaya, Rabu. Di sela-sela seminar "Mewaspadai Penyakit Avian Influenza, Demam Berdarah Dengue, dan Malaria" di "Tropical Disease Center" (TDC) kampus C Unair Surabaya, ia mengemukakan Vietnam sebagai juara kedua AI di dunia hanya 46 orang warganya yang meninggal dunia. "Karena itu, kalau pemerintah tidak melakukan langkah yang mendasar, tentu Indonesia bisa menjadi pandemik AI di dunia. Apalagi Departemen Kesehatan (Depkes) dan Dinas Peternakan (Disnak) masih saling menyalahkan," katanya menegaskan. Menurut dosen Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Unair Surabaya itu, Depkes-Disnak tak perlu saling menyalahkan, tapi justru harus saling bekerja sama, karena mayoritas korban AI yang meninggal dunia memang berhubungan dengan ayam. "Kami sudah melakukan kajian pada 274 virus AI di Sumatera, Jabar, Jateng, Jatim-Bali, dan Indonesia Timur. Dari 274 virus sejak tahun 2003 hingga sekarang itu, ternyata ada lima genotipe yakni A, B, C, C`, dan D," katanya mengungkapkan. Ia menuturkan, genotipe A mulai ada di Jateng pada tahun 2003, kemudian tahun 2004 sudah ada genotipe A di Samarinda (Kaltim) dan genotipe B mulai ada di Sumatera pada tahun 2004 serta genotipe C mulai ada di Jawa pada tahun 2004. "Tahun 2005 mulai ada genotipe C` di Jawa dan Sumut. Genotipe C` merupakan pengembangan dari genotipe C, sedangkan genotipe D merupakan pertemuan genotipe A, C, dan C`. Genotipe D mulai ada tahun 2006 di Papua dan Sumsel. Genotipe C, C`, dan D cukup dominan pada tahun 2007," katanya. Yang mengejutkan, katanya, 10 persen virus AI dari Indonesia memungkinkan sudah terjadi penularan antarmanusia (Ind/CDC582/2006), namun sulit melacak letak virus itu. Langkah mendasar yang harus dilakukan pemerintah, katanya, adalah manajemen unggas dengan serius dan memusatkan pemotongan unggas pada RPH (rumah potong hewan), bukan seperti sekarang yang memungkinkan ayam dipotong di pasar. "Manajemen unggas seperti itu harus mendapat subsidi dari pemerintah karena masyarakat atau pedagang ayam tak mungkin mampu membayar pemotongan di RPH, sehingga harga jual unggas di pasar akan tetap," katanya. Ia menilai, bagi-bagi vaksin seperti sekarang bukan merupakan solusi karena unggas tetap berkeliaran di mana-mana. "Itu bukan solusi, tapi proyek," katanya dalam seminar yang juga menampilkan pakar demam berdarah dan malaria dari Unair Surabaya. Langkah mendasar lainnya, lanjutnya, adalah pemerintah harus melakukan manajemen, agar semua jenis unggas ada di dalam kandang, baik di kota maupun di desa. "Mungkin perlu subsidi kandang," katanya.(*)