Waisak Fair di Medan awali peringatan Waisak 2019
12 Mei 2019 15:06 WIB
Masyarakat Buddhayana Indonesia (MBI) Medan Sumatera Utara, menggelar Waisak Fair di Gedung Restauran Grand Ocean Jalan Cemara, Deli Serdang, Minggu (12/5/2019). (ANTARA/Nur Aprilliana Br Sitorus)
Medan (ANTARA) - Masyarakat Buddhayana Indonesia (MBI) Medan Sumatera Utara menggelar Waisak Fair di Deli Serdang untuk menyambut dan mengawali peringatan Tri Suci Waisak atau hari suci umat Budha yang jatuh pada Minggu (19/5) mendatang,
Ketua Panitia Arifin S di Medan, Minggu, mengatakan, perayaan Waisak Fair ini akan dimeriahkan dengan berbagai perlombaan, seperti lomba mewarnai, menyanyikan lagu-lagu Buddhis, lomba Batik Nusantara, hingga yang paling menarik kompetisi Abang dan None Putra Putri Satya.
"Untuk Putra Putri Satya ini, cuma kita saja yang buat dari seluruh Indonesia," kata Arifin.
Dengan mengusung tema Cinta Tanah Air Indonesia, Waisak Fair 2019 menghadirkan berbagai macam hiburan, kegiatan dan bahkan menghadirkan stan bazar ke dalam Gedung Restauran Grand Ocean tempat digelarnya Waisak Fair.
Arifin menambahkan, kegiatan ini hanya dilaksanakan selama satu hari, yakni Minggu (12/5) sampai pukul 18.00 WIB.
Menurut Arifin, umat dapat memberikan sumbangsih dengan menghadiri dan merayakan Waisak Fair 2019, dengan berbelanja di stan-stan yang ada di Waisak Fair 2019.
"Kita ingin memberikan pembeda bagi umat Buddha yang kerap menilai perayaan Waisak selalu dilaksanakan di vihara-vihara. Kali ini kita membawa budaya Waisak disandingkan dengan bazar-bazar dan kegiatan positif kerohanian," jelasnya.
Sementara itu, Ketua Masyarakat Buddhayana Indonesia (MBI) Cabang Medan Sutopo, mengatakan latar belakang Waisak berasal dari tiga peristiwa suci Umat Buddha.
Pertama, kelahiran pangeran Sidharta Gautama. Kedua, saat pangeran Sidharta Gautama mencapai kesuciannya menjadi Buddha dan ketiga adalah wafatnya Budha. Ketiga peristiwa itu terjadi dalam bulan yang sama sehingga disebut sebagai Hari Waisak.
Sutopo berharap, dalam peringatan Waisak ini umat Buddha di seluruh dunia khususnya Kota Medan tetap menganggap penting Hari Waisak sebagai hari suci umat Budha.
"Jadi hasil keuntungan yang kita peroleh di Waisak Fair 2019 ini kita gunakan untuk pengembangan Dharmaduta, yang mana 50 Dharmaduta setiap Minggu menghadiri vihara-vihara. Jadi ini untuk biaya mendukung pelatihan peningkatan kualitas pendidikan mereka," jelasnya
Sebelum memasuki gedung sejumlah umat Buddha tampak memberikan pujian berupa pemasangan lilin di lokasi persembahan.
Selain itu, terdapat pula tradisi Buddha Rupang, yaitu tradisi membasuh patung Pangeran Sidharta Gautama dengan air bunga.
Puncak acara dalam Waisak Fair adalah doa yang dipimpin Bhikkhu Tithavamso Thera dari Sangga Agung Provinsi Sumut-Aceh.
Baca juga: Hari Waisak Nasional dipusatkan di Candi Muara Takus Riau
Baca juga: Masing-masing kelenteng memiliki tuan rumah
Ketua Panitia Arifin S di Medan, Minggu, mengatakan, perayaan Waisak Fair ini akan dimeriahkan dengan berbagai perlombaan, seperti lomba mewarnai, menyanyikan lagu-lagu Buddhis, lomba Batik Nusantara, hingga yang paling menarik kompetisi Abang dan None Putra Putri Satya.
"Untuk Putra Putri Satya ini, cuma kita saja yang buat dari seluruh Indonesia," kata Arifin.
Dengan mengusung tema Cinta Tanah Air Indonesia, Waisak Fair 2019 menghadirkan berbagai macam hiburan, kegiatan dan bahkan menghadirkan stan bazar ke dalam Gedung Restauran Grand Ocean tempat digelarnya Waisak Fair.
Arifin menambahkan, kegiatan ini hanya dilaksanakan selama satu hari, yakni Minggu (12/5) sampai pukul 18.00 WIB.
Menurut Arifin, umat dapat memberikan sumbangsih dengan menghadiri dan merayakan Waisak Fair 2019, dengan berbelanja di stan-stan yang ada di Waisak Fair 2019.
"Kita ingin memberikan pembeda bagi umat Buddha yang kerap menilai perayaan Waisak selalu dilaksanakan di vihara-vihara. Kali ini kita membawa budaya Waisak disandingkan dengan bazar-bazar dan kegiatan positif kerohanian," jelasnya.
Sementara itu, Ketua Masyarakat Buddhayana Indonesia (MBI) Cabang Medan Sutopo, mengatakan latar belakang Waisak berasal dari tiga peristiwa suci Umat Buddha.
Pertama, kelahiran pangeran Sidharta Gautama. Kedua, saat pangeran Sidharta Gautama mencapai kesuciannya menjadi Buddha dan ketiga adalah wafatnya Budha. Ketiga peristiwa itu terjadi dalam bulan yang sama sehingga disebut sebagai Hari Waisak.
Sutopo berharap, dalam peringatan Waisak ini umat Buddha di seluruh dunia khususnya Kota Medan tetap menganggap penting Hari Waisak sebagai hari suci umat Budha.
"Jadi hasil keuntungan yang kita peroleh di Waisak Fair 2019 ini kita gunakan untuk pengembangan Dharmaduta, yang mana 50 Dharmaduta setiap Minggu menghadiri vihara-vihara. Jadi ini untuk biaya mendukung pelatihan peningkatan kualitas pendidikan mereka," jelasnya
Sebelum memasuki gedung sejumlah umat Buddha tampak memberikan pujian berupa pemasangan lilin di lokasi persembahan.
Selain itu, terdapat pula tradisi Buddha Rupang, yaitu tradisi membasuh patung Pangeran Sidharta Gautama dengan air bunga.
Puncak acara dalam Waisak Fair adalah doa yang dipimpin Bhikkhu Tithavamso Thera dari Sangga Agung Provinsi Sumut-Aceh.
Baca juga: Hari Waisak Nasional dipusatkan di Candi Muara Takus Riau
Baca juga: Masing-masing kelenteng memiliki tuan rumah
Pewarta: Nur Aprilliana Br. Sitorus
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019
Tags: