Litbang Kemenperin kenalkan aplikasi untuk identifikasi keaslian batik
11 Mei 2019 13:47 WIB
Penggunaan aplikasi Batik Analyzer yang dibuat oleh Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Yogyakarta. Tujuannya untuk mengindentifikasi kain batik asli dengan tiruan batik. (ANTARA/ Biro Humas Kementerian Perindustrian)
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian melalui unit di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI), yakni Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Yogyakarta memperkenalkan aplikasi Batik Analyzer kepada para pengunjung pameran Gelar Batik Nusantara (GBN) 2019.
Aplikasi ini berguna untuk membedakan kain batik asli, yakni batik tulis, batik cap atau kombinasi, dengan tiruan batik.
“Inovasi ini berawal dari kesulitan masyarakat membedakan kain batik dan tiruan yang beredar di pasaran, khususnya membanjirnya produk impor tiruan batik dengan harga yang sangat murah,” kata Kepala BBKB Titik Purwati Widowati lewat keterangan persnya yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Menurut Titik, masyarakat industri batik yang didominasi pelaku industri kecil dan menengah (IKM) juga dituntut untuk mampu kompetitif di tengah tantangan global era industri 4.0.
“Oleh karena itu, aplikasi Batik Analyzer dapat pula dimanfaatkan oleh para pelaku IKM batik,” jelasnya.
Aplikasi dengan basis Android dan iOS tersebut menggunakan teknologi artificial intelligence (AI) yang sesuai dengan implementasi industri 4.0.
“Saat ini, aplikasi Batik Analyzer baru tersedia dalam versi Beta 1.0 dengan akurasi outputdua kategori (batik dan tiruan) di 75 persen, dan akan terus dikembangkan hingga mencapai angka 95 persen,” imbuhnya.
Sebelumnya, Aplikasi Batik Analyzer telah diperkenalkan pada acara Indonesia Industrial Summit 2019.
“Aplikasi ini diharapkan menjadi solusi untuk perlindungan industri batik nasional dalam menyongsong era industri 4.0,” ujar Titik.
Selain Batik Analyzer, pada perhelatan GBN 2019, BBKB Yogyakarta ikut juga menampilkan inovasi lain dalam bidang batik, kemudian mengadakan workshop batik tulis, serta mengedukasi kepada masyarakat tentang jenis-jenis batik sesuai SNI dalam Talkshow 'Pembelajaran Jenis Batik' yang akan diadakan di Main Lobby Stage JCC, pada Minggu (12/5).
Baca juga: Menperin ingin Balai Besar Yogyakarta jadi pusat unggulan litbang
Aplikasi ini berguna untuk membedakan kain batik asli, yakni batik tulis, batik cap atau kombinasi, dengan tiruan batik.
“Inovasi ini berawal dari kesulitan masyarakat membedakan kain batik dan tiruan yang beredar di pasaran, khususnya membanjirnya produk impor tiruan batik dengan harga yang sangat murah,” kata Kepala BBKB Titik Purwati Widowati lewat keterangan persnya yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Menurut Titik, masyarakat industri batik yang didominasi pelaku industri kecil dan menengah (IKM) juga dituntut untuk mampu kompetitif di tengah tantangan global era industri 4.0.
“Oleh karena itu, aplikasi Batik Analyzer dapat pula dimanfaatkan oleh para pelaku IKM batik,” jelasnya.
Aplikasi dengan basis Android dan iOS tersebut menggunakan teknologi artificial intelligence (AI) yang sesuai dengan implementasi industri 4.0.
“Saat ini, aplikasi Batik Analyzer baru tersedia dalam versi Beta 1.0 dengan akurasi outputdua kategori (batik dan tiruan) di 75 persen, dan akan terus dikembangkan hingga mencapai angka 95 persen,” imbuhnya.
Sebelumnya, Aplikasi Batik Analyzer telah diperkenalkan pada acara Indonesia Industrial Summit 2019.
“Aplikasi ini diharapkan menjadi solusi untuk perlindungan industri batik nasional dalam menyongsong era industri 4.0,” ujar Titik.
Selain Batik Analyzer, pada perhelatan GBN 2019, BBKB Yogyakarta ikut juga menampilkan inovasi lain dalam bidang batik, kemudian mengadakan workshop batik tulis, serta mengedukasi kepada masyarakat tentang jenis-jenis batik sesuai SNI dalam Talkshow 'Pembelajaran Jenis Batik' yang akan diadakan di Main Lobby Stage JCC, pada Minggu (12/5).
Baca juga: Menperin ingin Balai Besar Yogyakarta jadi pusat unggulan litbang
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019
Tags: