Kudus (ANTARA) - Penyandang difabel yang tergabung dalam Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mendapatkan pelatihan membuat kerajinan limbah plastik menjadi produk yang bernilai jual tinggi dari mahasiswa yang tergabung dalam Pekan Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKMM).

"Kami juga mendampingi mereka dalam pemasarannya dengan memanfaatkan jual beli secara daring (electronic commerce atau e-commerce)," kata Ketua Pekan Kreatifitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat dari Universitas Muria Kudus (UMK) Ismawatul Maula di Kudus, Jumat.

Ia memastikan mereka belum begitu akrab dengan pemasaran melalui e-commerce, sehingga perlu diberikan pemahaman agar produknya bisa dipasarkan secara luas.

Dirinya bersama tiga teman lainnya yang tergabung dalam PKMM membuat program recycling plastic glass lip waste (Respect) tersebut untuk meningkatkan kemandirian dan entrepreneurship kepada anggota HWDI Kudus.

Keempat mahasiswa tersebut merupakan mahasiswa jurusan Sistem Informasi Universitas Muria Kudus (UMK).
"Kami juga memberikan peralatan pendukung untuk pembuatan kerajinan dari limbah plastik," ujarnya didampingi anggota PKMM lainnya, seperti Yusiana Rahma, Arsya Yoga Pratama, dan Fania Dwi Lestari.

Ia mengungkapkan ide awal melatih penyandang disabilitas membuat kerajinan dari bahan sampah plastik, melihat banyaknya sampah plastik yang dibuang percuma oleh masyarakat.

Padahal, kata dia, dengan sentuhan sedikit bisa dimanfaatkan untuk membuat berbagai kerajinan yang bisa dijual.

Alasan melatih penyandang difabel, katanya, dengan harapan mereka tetap produktif meskipun dalam kondisi fisik yang terbatas.

Sebelum diberikan pelatihan, mereka diberikan sosialisasi tentang limbah plastik, terutama gelas plastik yang bisa dibuat berbagai produk kerajinan.

Langkah berikutnya, diberikan pelatihan pengelolaan limbah bibir gelas yang bisa dimanfaatkan menjadi berbagai bentuk kerajinan, mulai dari gantungan kerudung, tas, hingga songkok.

"Pelatihan pertama sudah kami lakukan awal bulan Mei 2019, sedangkan pelatihan berikutnya menyusul," katanya.*


Baca juga: Ganjar kagumi kerajinan sepatu sisa limbah plastik