Denpasar (ANTARA News) - Bali sebagai sebuah pulau kecil namanya kini kian "berkibar" dan santer terdengar hampir seluruh pelosok dunia, terkait diselenggarakan Konferensi internasional tentang perubahan iklim (UNFCCC) di Kawasan Nusa Dua, Kabupaten Badung. Seluruh stasiun televisi dan media massa berbagai negara, selama dua pekan terakhir menyebut nama Bali, tempat berlangsungnya UNFCCC yang diikuti 10.000 orang dari 180-an negara. "Hampir tidak ada media massa yang tidak menyebut nama Bali, tempat berlangsungnya hajatan besar yang membahas tentang perubahan iklim," kata Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Jero Wacik, di Sanur, Denpasar, Bali, Senin. Ia mengemukakan kondisi itu sangat menguntungkan bagi promosi pariwisata Indonesia, khususnya Bali di dunia internasional. "Nama Bali boleh dikatakan paling populer di dunia sekarang ini," kata Jero Wacik, yang didampingi Sekjen Organisasi Pariwisata Dunia (WTO), Prof Geoffrey Lipman. Selesai membuka seminar dampak perubahan iklim terhadap pariwisata Indonesia, ia menjelaskan sekitar 10.000 peserta utusan dari 189 negara ikut ambil bagian dalam UNFCCC. Konferensi tersebut diharapkan berjalan sukses dan lancar, meskipun masyarakat setempat sedikit terganggu, akibat hajatan besar yang belum tentu akan terjadi lagi. "Kepadatan di jalan raya, bandara, kawasan Nusa Dua, agar disyukuri," kata Menbudpar, yang mengaku baru pertama kali membuat tanda pengenal dengan difoto langsung untuk bisa masuk ke tempat pertemuan UNFCCC. Sedikitnya 10.000 kamar pada 70 hotel dipesan peserta selama dua pekan berlangsungnya kegiatan UNFCCC. Itu berarti sudah masuk dana sekitar Rp300 miliar, belum lagi pengeluaran lain oleh setiap delegasi. (*)