Psikolog tekankan pentingnya membimbing anak mengenali emosi
10 Mei 2019 10:51 WIB
Arsip Foto. Sejumlah anak mengikuti rangkaian acara peringatan Hari Anak Nasional (HAN) yang digelar di Bintaro, Tangerang Selatan, Banten. (FOTO ANTARA/Reno Esnir/Koz/Spt)
Jakarta (ANTARA) - Psikolog anak Rumah Sakit Pondok Indah Bintaro Jane Cindy mengatakan orang tua harus bisa memberikan contoh dan membimbing anak untuk mengenali emosinya.
"Bimbing anak mengetahui apa yang dia rasakan. Bagaimana mengungkapkan dan mengekspresikan emosi tersebut dengan tepat," kata Jane saat dihubungi di Jakarta, Jumat.
Regulasi emosi yang kurang baik, kesulitan mengendalikan emosi dan kesalahan dalam mengekspresikan emosi negatif, ia melanjutkan, dapat membuat anak melakukan kekerasan.
Ia menambahkan kalau kemampuan menyelesaikan masalahnya kurang baik, maka anak akan susah menyusun strategi penyelesaian masalah tanpa melibatkan kekerasan.
"Yang paling penting, tentu orang tua harus bisa menjadi contoh yang baik bagi anak dengan tidak menampilkan sikap agresif dalam mengekspresikan kemarahan," tuturnya.
Menurut Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja 2018 yang dilaksanakan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, tiga dari empat anak-anak dan remaja menyatakan pelaku kekerasan adalah teman atau sebayanya.
Hasil survei juga menunjukkan bahwa dua dari tiga anak dan remaja perempuan atau laki-laki pernah mengalami salah satu bentuk kekerasan sepanjang hidupnya. Kekerasan yang dialami cenderung tumpang tindih antara kekerasan emosional, kekerasan fisik dan kekerasan seksual.
Baca juga:
KPPPA dorong aturan pengasuhan anak yang menyeluruh
Kiat mendidik anak zaman "Now" ala Kak Seto
"Bimbing anak mengetahui apa yang dia rasakan. Bagaimana mengungkapkan dan mengekspresikan emosi tersebut dengan tepat," kata Jane saat dihubungi di Jakarta, Jumat.
Regulasi emosi yang kurang baik, kesulitan mengendalikan emosi dan kesalahan dalam mengekspresikan emosi negatif, ia melanjutkan, dapat membuat anak melakukan kekerasan.
Ia menambahkan kalau kemampuan menyelesaikan masalahnya kurang baik, maka anak akan susah menyusun strategi penyelesaian masalah tanpa melibatkan kekerasan.
"Yang paling penting, tentu orang tua harus bisa menjadi contoh yang baik bagi anak dengan tidak menampilkan sikap agresif dalam mengekspresikan kemarahan," tuturnya.
Menurut Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja 2018 yang dilaksanakan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, tiga dari empat anak-anak dan remaja menyatakan pelaku kekerasan adalah teman atau sebayanya.
Hasil survei juga menunjukkan bahwa dua dari tiga anak dan remaja perempuan atau laki-laki pernah mengalami salah satu bentuk kekerasan sepanjang hidupnya. Kekerasan yang dialami cenderung tumpang tindih antara kekerasan emosional, kekerasan fisik dan kekerasan seksual.
Baca juga:
KPPPA dorong aturan pengasuhan anak yang menyeluruh
Kiat mendidik anak zaman "Now" ala Kak Seto
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019
Tags: