Tokyo (ANTARA) - Mata uang safe haven yen Jepang dan franc Swiss berdiri kuat di perdagangan Asia pada Jumat pagi, di tengah kekhawatiran investor bahwa perselisihan perdagangan yang telah berlangsung lama antara Amerika Serikat (AS) dan China dapat kian mendalam jika pembicaraan antara keduanya gagal mencapai kesepakatan pada menit terakhir.

Para pejabat AS dan China memulai pembicaraan dua hari pada Kamis waktu setempat dalam upaya untuk mencegah eskalasi perang dagang yang mengancam akan menggagalkan ekonomi global.

Tetapi kepedihan antara Washington dan Beijing telah meningkat minggu ini, dan kecuali jika kesepakatan tercapai, Amerika Serikat siap untuk memicu putaran tarif hukuman lain pada Jumat pukul 24.01 waktu setempat (04.01 GMT).

Dolar AS diperdagangkan pada 109,860 yen setelah tergelincir ke level terendah tiga bulan di 109,470 yen semalam karena kekhawatiran perdagangan, yang telah memicu penghindaran risiko secara luas di pasar global minggu ini.

"Dolar AS jelas berada pada tren turun terhadap yen, baik dari segi teknis maupun aliran," kata Yukio Ishizuki, ahli strategi mata uang senior di Daiwa Securities.

"Itu mengatakan, pasar telah menguatkan untuk Amerika Serikat memicu tarif untuk sementara waktu sekarang. Ada juga sejumlah permintaan dolar yang mendasari dari investor institusi Jepang. Mempertimbangkan faktor-faktor seperti itu, dolar mungkin tidak memiliki banyak ruang untuk jatuh."

Baca juga: Dolar melemah dipicu kekhawatiran konflik dagang AS-China memanas

Greenback berada di 1,0152 franc Swiss setelah turun sekitar 0,5 persen sehari sebelumnya, ketika menyentuh level terendah satu bulan di 1,0122 franc.

Yen dan franc cenderung menarik permintaan di saat terjadi gejolak pasar dan ketegangan politik.

Euro naik 0,1 persen menjadi 1,1225 dolar AS setelah menyentuh puncak satu minggu di 1,1251 dolar AS sehari sebelumnya.

Indeks dolar terhadap sekeranjang enam mata uang utama, di mana euro merupakan komponen utama, sedikit berubah pada 97,429.

Indeks telah merosot ke 97.238 pada Kamis (9/5/2019), terendah sejak 1 Mei, seiring penurunan dalam imbal hasil surat utang AS karena investor menjauh dari risiko yang membebani dolar minggu ini.

Dolar Australia, sensitif terhadap pergeseran sentimen risiko, naik tipis 0,15 persen menjadi 0,6997 dolar AS. Aussie masih turun 0,4 persen dalam seminggu, menyentuh level terendah empat bulan di 0,6960 dolar AS. Demikian laporan yang dikutip dari Reuters.

Baca juga: Kurs rupiah dibuka menguat, namun tetap di atas ke Rp14.300

Baca juga: Harga minyak "rebound," Trump hidupkan kembali harapan investor