Darmin dorong sawah dikelola secara klaster
9 Mei 2019 13:00 WIB
acara diskusi Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) Tahun 2019, Ballroom Hotel Shangri-La, Kota BNI, Jakarta Pusat, Kamis. (Afut syafril)
Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Perekonomian Indonesia Darmin Nasution mendorong lahan persawahan dikelola secara sistem klaster oleh masyarakat sekitar.
"Pengelolaan klaster bisa dikelola melalui kelompok-kelompok tani, kita punya banyak kok, persoalannya sekarang adalah soal bibitnya, " kata Darmin Nasution dalam acara diskusi Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) Tahun 2019, Ballroom Hotel Shangri-La, Kota BNI, Jakarta Pusat, Kamis.
Persoalan bibit yang ia maksud adalah, bibit padi atau gabah yang dimiliki masyarakat berbeda-beda kualitasnya, sehingga akan menjadi kendala dalam proses penjemuran atau pengeringan.
"Bagi yang memiliki benih bagus ketika pengeringan pasti tidak mau bercampur dengan gabah yang kualitas jelek, nanti bercampur pasti," katanya.
Dengan sistem klaster menurutnya sawah akan lebih mudah dikelola serta kualitasnya akan merata, daripada lahan tersebar di beberapa kawasan.
Sistem tersebut, menjadi salah satu solusi, melihat banyaknya lahan persawahan yang semakin menyempit di daerah Nusantara. Dengan mengecilnya lahan sehingga hal yang terjadi adalah pergulatan soal menyetel harga, bukan dari sistem pertaniannya.
"Dari dulu hanya soal menyesuaikan harga, agar petani tidak rugi dan masyarakat mampu membeli, namun solusi lahannya sendiri yang menjadi kendala utama belum banyak terselesaikan, " kata Darmin.
Baca juga: Tiket pesawat meresahkan, Menko Perekonomian: pemerintah turun tangan
Baca juga: Tanggapi pemindahan ibukota, Darmin: Tunggu saja dulu
"Pengelolaan klaster bisa dikelola melalui kelompok-kelompok tani, kita punya banyak kok, persoalannya sekarang adalah soal bibitnya, " kata Darmin Nasution dalam acara diskusi Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) Tahun 2019, Ballroom Hotel Shangri-La, Kota BNI, Jakarta Pusat, Kamis.
Persoalan bibit yang ia maksud adalah, bibit padi atau gabah yang dimiliki masyarakat berbeda-beda kualitasnya, sehingga akan menjadi kendala dalam proses penjemuran atau pengeringan.
"Bagi yang memiliki benih bagus ketika pengeringan pasti tidak mau bercampur dengan gabah yang kualitas jelek, nanti bercampur pasti," katanya.
Dengan sistem klaster menurutnya sawah akan lebih mudah dikelola serta kualitasnya akan merata, daripada lahan tersebar di beberapa kawasan.
Sistem tersebut, menjadi salah satu solusi, melihat banyaknya lahan persawahan yang semakin menyempit di daerah Nusantara. Dengan mengecilnya lahan sehingga hal yang terjadi adalah pergulatan soal menyetel harga, bukan dari sistem pertaniannya.
"Dari dulu hanya soal menyesuaikan harga, agar petani tidak rugi dan masyarakat mampu membeli, namun solusi lahannya sendiri yang menjadi kendala utama belum banyak terselesaikan, " kata Darmin.
Baca juga: Tiket pesawat meresahkan, Menko Perekonomian: pemerintah turun tangan
Baca juga: Tanggapi pemindahan ibukota, Darmin: Tunggu saja dulu
Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019
Tags: