Surabaya (ANTARA News) – Praktisi Agrobisnis Setiadi Setiokusomo memprediksi bahwa pada 2008 Indonesia sudah mampu memenuhi kebutuhan jagung nasional yang jumlahnya mencapai 13,8 juta ton per tahun. Menurut Setiadi yang juga Direktur Keuangan PT Bisi International Tbk di Surabaya, Kamis, dengan berbagai upaya peningkatan produksi seperti perluasan areal tanam dan penerapan teknologi yang baik, kebutuhan jagung 2008 akan bisa dipenuhi dari produksi dalam negeri dan tidak perlu lagi impor. Selama ini, katanya, dari total kebutuhan itu 13,2 juta ton yang dipenuhi dari produksi dalam negeri, sementara sekitar 600 ribu ton diimpor dari negara lain. Pada tahun 2008, menurut Wakil Direktur Utama Bisi International, Jemmy Eka Putra, produksi jagung ditargetkan naik 30 persen menjadi sekitar 17,2 juta ton yang artinya akan terjadi surplus di dalam negeri. "Itu angka statistik resmi dari Departemen Pertanian. Dan pertumbuhan kebutuhan dalam negeri naik sekitar 8 hingga 10 persen tiap tahunnya," katanya. Dengan kebutuhan dalam negeri yang masih tinggi dan diperkirakan akan terus meningkat, peluang pasar komoditas jagung di dalam negeri masih terbuka luas terutama untuk keperluan industri pakan ternak, katanya. PT Bisi Internasional yang bergerak dalam usaha agrobisnis pun kini tengah berupaya meningkatkan perannya dalam meningkatkan produksi jagung nasional. Jagung Hibrida yang dikembangkan oleh Bisi selama ini telah mampu meningkatkan produktivitas petani di berbagai daerah di Indonesia. Tahun 2007, Bisi telah meluncurkan varietas jagung hibrida baru secara komersial bernama benih jagung Super Hibrida Bisi 12 dan Bisi 16. Varietas ini memiki keunggulan antara lain, produktivitasnya lebih tinggi, umur panen lebih pendek, dan relative tahan terhadap penyakit. Bisi mulai memasarkan benih jagung super hibrida jenis ini mulai petengahan 2007, perusahaan memperkirakan hingga akhir 2007 penjualan bisa mencapai 1.000 ton dengan cakupan areal tanam 50 ribu hektar dan tersebar di seluruh Indonesia. Penjualan benih jagung super hibrida itu akan memberikan kontribusi 5 persen dari total penjualan benih jagung Bisi International 2007 yang totalnya mencapai 20.000 ton. Sedangkan pada 2008, penjualan benih jagung super hibrida ini diperkirakan mencapai 10.500 ton dengan cakupan areal tanam seluas 525 ribu hektar, atau 40 persen dari total volume penjualan yang diperkirakan mencapai 26 ribu ton. Dengan tingkat produksi jagung super hibrida 14 ton per hektar, maka tingkat keuntungan yang bisa diperolah petani diperkirakan mencapai lebih dari Rp10 juta per hektar, demikian Setiadi Setiokusumo.(*)