Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di Pasar Spot Antar-Bank Jakarta, Kamis sore melemah, setelah Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) senilai 25 basis poin menjadi 8,00 persen. Penurunan "BI rate" itu mengakibatkan rupiah yang sebelumnya menguat, kembali merosot tipis menjadi Rp9.255/9.265 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.250/9.287 per dolar AS atau turun lima poin. Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, mengatakan bahwa turunnya "BI rate" sebesar 25 basis poin hanya berpengaruh kecil, karena sentimen positif terhadap rupiah masih cukup kuat. Pelaku pasar berspekulasi melepas rupiah dalam jumlah yang kecil, karena mereka masih menunggu rencana bank sentral AS (The Fed) yang akan menurunkan suku bunganya, katanya. Karena itu, lanjut dia, peluang rupiah untuk menguat kembali masih besar yang diperkirakan akan bisa mendekati level Rp9.200 per dolar AS. "Kita tunggu saja, apakah The Fed akan menurunkan suku bunganya sebesar 25 basis atau lebih," ujarnya. Ia mengatakan, rupiah harus menguat karena akan menguntungkan Indonesia untuk impor minyak mentah yang didatangkan dari luar negeri. Apabila posisi rupiah bisa mencapai level Rp9.000 per dolar AS, maka biaya impor minyak mentah dunia akan semakin berkurang, ucapnya. Sementara itu, euro terhadap dolar AS naik menjadi 1,4614 dari sebelumnya 1,4592, sedangkan dolar AS mencapai 110,93 yen. (*)