Papua Barat ajukan izin impor langsung bawang putih hadapi Idul Fitri
7 Mei 2019 19:31 WIB
Pedagang di pasar Wosi Manokwari. Harga Bawang putih di daerah tersebut sempat baik tembus pada harga 120 ribu perkilo. Saat ini sudah turun menjadi Rp65 ribu. Harga normal antara Rp 35 hingga 40 ribu perkilo gram (Foto/Antara/Toyiban)
Manokwari (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Papua Barat segera mengajukan izin untuk melakukan impor langsung bawang putih guna mengantisipasi lonjakan harga selama bulan Ramadhan dan mengadapi hari raya Idul Fitri 1440 Hijriyah.
Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Papua Barat, Melkias Werinusa di Manokwari, Selasa mengatakan, selama tiga minggu terakhir gejolak harga bawang putih di daerah tersebut cukup signifikan.
"Seperti daerah lain kita pun mengalami dampak kenaikan harga yang cukup lumayan. Sampai sekarang pun harga belum stabil," kata Melkias.
Bawang putih bagi sebagian masyarakat di Indonesia merupakan kebutuhan yang tidak dapat ditunda. Selama ini Indonesia pun masih bergantung pada negara tetangga dalam mencukupinya.
"Bawang putih tidak cocok dikembangkan di Indonesia karena kita cuma dua musim. Sementara untuk mendapatkan bawang putih dengan kualitas bagus itu membutuhan empat musim seperti Vietnam atau China," kata dia lagi.
Izin untuk melakukan impor akan segera diajukan kepada pemerintah melalui Kementerian Perdagangan. Saat ini, pihaknya pun sedang mendata kebutuhan bawang putih di daerah tersebut.
Ia mengutarakan, pada tiga bulan terakhir yakni dari Februari hingga April Papua Barat berturut-turut mengalami deflasi.
"Kita melihat kecenderungan nasional, harga bawang putih cukup bergejolak. Saat ini kita sedang menyongsong Ramadhan dan hari Raya Idul Fitri. Kita harus jaga agar harga bawang putih tidak menjadi faktor pendorong terbesar," ujarnya lagi.
Terkait rencana impor tersebut, lanjut Werinussa, pihaknya akan memanfaatkan pelabuhan Tanjung Periuk maupun pelabuhan lain yang bisa melakukan aktivitas impor.
"Untuk distributor saya rasa sudah ada beberapa di Papua Barat yang siap. Mudah-mudahan bisa mendapatkan izin impor dari kementerian," katanya.
Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Papua Barat, Melkias Werinusa di Manokwari, Selasa mengatakan, selama tiga minggu terakhir gejolak harga bawang putih di daerah tersebut cukup signifikan.
"Seperti daerah lain kita pun mengalami dampak kenaikan harga yang cukup lumayan. Sampai sekarang pun harga belum stabil," kata Melkias.
Bawang putih bagi sebagian masyarakat di Indonesia merupakan kebutuhan yang tidak dapat ditunda. Selama ini Indonesia pun masih bergantung pada negara tetangga dalam mencukupinya.
"Bawang putih tidak cocok dikembangkan di Indonesia karena kita cuma dua musim. Sementara untuk mendapatkan bawang putih dengan kualitas bagus itu membutuhan empat musim seperti Vietnam atau China," kata dia lagi.
Izin untuk melakukan impor akan segera diajukan kepada pemerintah melalui Kementerian Perdagangan. Saat ini, pihaknya pun sedang mendata kebutuhan bawang putih di daerah tersebut.
Ia mengutarakan, pada tiga bulan terakhir yakni dari Februari hingga April Papua Barat berturut-turut mengalami deflasi.
"Kita melihat kecenderungan nasional, harga bawang putih cukup bergejolak. Saat ini kita sedang menyongsong Ramadhan dan hari Raya Idul Fitri. Kita harus jaga agar harga bawang putih tidak menjadi faktor pendorong terbesar," ujarnya lagi.
Terkait rencana impor tersebut, lanjut Werinussa, pihaknya akan memanfaatkan pelabuhan Tanjung Periuk maupun pelabuhan lain yang bisa melakukan aktivitas impor.
"Untuk distributor saya rasa sudah ada beberapa di Papua Barat yang siap. Mudah-mudahan bisa mendapatkan izin impor dari kementerian," katanya.
Pewarta: Toyiban
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019
Tags: