AP I kehilangan 3,5 juta penumpang karena tiket pesawat mahal
7 Mei 2019 15:00 WIB
Sejumlah penumpang turun dari pesawat saat tiba di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda, Blang Bintang, Aceh Besar, Aceh, Kamis (17/1). (Antara Foto/Ampelsa)
Kulon Progo (ANTARA) - Penumpang pesawat yang terhitung di bandara wilayah operasi PT Angkasa Pura I turun hingga 3,5 juta orang selama Triwulan I 2019.
“Yang jelas tiga bulan pertama itu Triwulan I, angka saya sekitar dari sisi penumpang yang kita laporkan sekitar 3,5 juta ‘dropnya’ dari 2018,” kata Direktur Pelayanan dan Pemasaran Angkasa Pura I Devi W Suradji saat ditemui di Bandara Internasional Yogyakarta, Selasa.
Devi mengatakan penyebabnya bukan hanya harga tiket yang mahal, melainkan juga adanya tol dan banyaknya bencana yang mempengaruhi pola pergerakan penumpang.
“Harga tiket itu juga mempengaruhi karena salah satu yang paling besar berpindah dari satu tempat ke tempat lain itu traveling, bukan orang bisnis tapi keluarga yang jalan,” katanya.
Ia mencontohkan sejumlah masyarakat menunda bepergian karena tiket yang mahal tersebut, yakni terutama bagi para pegawai yang bekerja di luar daerah.
“Berapa banyak keluarga-keluarga yang tinggal di Yogyakarta kerjanya di Jakarta atau di Surabaya. Kebayang enggak, biasanya akhir pekan pada jalan ‘kan,” katanya.
Karena itu, Devi mengaku harus mencari strategi untuk mengembalikan
“Jadi faktornya banyak dan kita masih meraba mengembalikan angka 2018 ke 2019 karena turunnya cukup signifikan,” katanya.
Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Kaya Sumadi akan mengevaluasi tarif batas atas pesawat niaga berjadwal selama masa angkutan Lebaran 2019 ini.
Ia juga telah meminta Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk mengoordinasikan kepada Garuda Indonesia yang diyakini sebagai pemimpin pasar untuk menyesuaikan harga tiket karena akan berpengaruh kepada maskapai lainnya.
Baca juga: Pemerintah akan kaji tarif pesawat mahal
Baca juga: Kemenhub akan evaluasi harga tiket pesawat bersama Kementerian BUMN
“Yang jelas tiga bulan pertama itu Triwulan I, angka saya sekitar dari sisi penumpang yang kita laporkan sekitar 3,5 juta ‘dropnya’ dari 2018,” kata Direktur Pelayanan dan Pemasaran Angkasa Pura I Devi W Suradji saat ditemui di Bandara Internasional Yogyakarta, Selasa.
Devi mengatakan penyebabnya bukan hanya harga tiket yang mahal, melainkan juga adanya tol dan banyaknya bencana yang mempengaruhi pola pergerakan penumpang.
“Harga tiket itu juga mempengaruhi karena salah satu yang paling besar berpindah dari satu tempat ke tempat lain itu traveling, bukan orang bisnis tapi keluarga yang jalan,” katanya.
Ia mencontohkan sejumlah masyarakat menunda bepergian karena tiket yang mahal tersebut, yakni terutama bagi para pegawai yang bekerja di luar daerah.
“Berapa banyak keluarga-keluarga yang tinggal di Yogyakarta kerjanya di Jakarta atau di Surabaya. Kebayang enggak, biasanya akhir pekan pada jalan ‘kan,” katanya.
Karena itu, Devi mengaku harus mencari strategi untuk mengembalikan
“Jadi faktornya banyak dan kita masih meraba mengembalikan angka 2018 ke 2019 karena turunnya cukup signifikan,” katanya.
Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Kaya Sumadi akan mengevaluasi tarif batas atas pesawat niaga berjadwal selama masa angkutan Lebaran 2019 ini.
Ia juga telah meminta Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk mengoordinasikan kepada Garuda Indonesia yang diyakini sebagai pemimpin pasar untuk menyesuaikan harga tiket karena akan berpengaruh kepada maskapai lainnya.
Baca juga: Pemerintah akan kaji tarif pesawat mahal
Baca juga: Kemenhub akan evaluasi harga tiket pesawat bersama Kementerian BUMN
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019
Tags: