Surabaya (ANTARA News) - Kepala Staf TNI AL (Kasal), Laksamana TNI Sumardjono menegaskan bahwa TNI AL kini memprioritaskan pengamanan laut di wilayah perbatasan dengan negara asing. "Perbatasan menjadi prioritas pengamanan, karena daerah itu belum final, seperti antara Indonesia dengan Malaysia, juga dengan Singapura," katanya seusai memimpin peringatan Hari Armada atau HUT ke-62 TNI AL di Koarmatim, Surabaya, Rabu. Mengenai penambahan alat utama sistem senjata (Alutsista) ke daerah perbatasan itu, Kasal mengemukakan bahwa sampai saat ini masih memaksimalkan peralatan yang ada, termasuk jumlah prajurit yang bertugas. "Tapi hal itu kita lihat situasi dan kondisinya. Kalau di perbatasan itu ada peningkatan gangguan keamanan, tentunya akan kami tambah alutsista dan personel," kata mantan Inspektur Jenderal (Irjen) Dephan itu. Untuk penanganan alutsista, laksamana berbintang empat itu mengemukakan bahwa TNI AL memiliki dua cara, yakni mempertahankan yang ada kemudian dimodernkan dan kekuatan mesinnya diperbarui (repowering). "Cara kedua, adalah dengan pengadaan yang baru. Alternatif kedua ini, tentunya melalui tahapan-tahapan dan terencana sesuai dengan rencana jangka pendek, menengah dan jangka panjang," katanya menambahkan. Ia menegaskan, hingga 2009, beberapa alutsista yang akan dimiliki TNI AL adalah, dua kapal sigma dari Belanda dan dua kapal LPD (angkut pasukan) yang akan dibuat di PT PAL Surabaya yang sebelumnya dibuat di Korea Selatan. "Selain itu, TNI AL juga mengupayakan pengadaan kapal-kapal patroli jenis kecil yang dibuat dari galangan TNI AL sendiri maupun dari swasta. Untuk pesawat, kami mengutamakan pengadaan casa sebagai pesawat intai maritim," katanya. Untuk tekad TNI AL agar menjadi kekuatan yang disegani di kawasan Asia Tenggara, Kasal mengemukakan, kalau melihat sejarah, Indonesia pernah memiliki kekuatan angkatan laut terkuat di Asia Tenggara tahun 1960-an. "Tapi karena kemudian ada masalah di dalam negeri saat itu, antara lain peristiwa G30S/PKI, maka seluruh aspek kehidupan menjadi merosot. TNI AL terkena dampaknya juga, sehingga untuk perbaikan dan pemeliharaan kapal tidak mendukung," katanya memaparkan. Ditanya apakah kondisi pertahanan Indonesia jauh lebih rendah dari Malaysia?, Kasal mengemukakan, masalah tersebut tidak bisa hanya dibandingkan dengan kepemilikan alutsisa, tapi juga dari aspek SDM-nya. "Aspek SDM itu sangat menentukan juga," katanya. (*)