Ratusan anak-anak perang petasan di Benteng Kuto Besak Palembang
6 Mei 2019 09:51 WIB
Anak-anak saling lempar petasan pada hari pertama Bulan Ramadhan 1440 Hijriah di Benteng Kuto Besak Palembang, Senin (6/5) (Antara News Sumsel/Aziz Munajar/19)
Palembang (ANTARA) - Ratusan anak-anak terlibat perang petasan dan membuat asap beraroma menyengat memenuhi pelataran Benteng Kuto Besak Kota Palembang di hari pertama Bulan Ramadhan 1440 Hijriah.
Pantauan Antara, Senin pagi, ribuan masyarakat yang mayoritas anak-anak dan remaja berkumpul di BKB sejak sebelum sholat subuh, nampak anak-anak usia sekolah dasar secara berkelompok saling melempar petasan ke sembarang arah sehingga sangat membahayakan meski petasan berdaya ledak kecil.
"Sudah jadi kebiasaan di sini tempat masyarakat bermain petasan. Dilarang juga percuma tidak akan mempan," kata salah seorang petugas kebersihan area BKB, Rosidi.
Menurutnya perang petasan sudah jadi seperti tradisi yang selalu dilakukan setiap awal Bulan Ramadhan, namun ia menyebut perang petasan di BKB tahun ini kurang ramai dibanding tahun 2018.
Ulah anak-anak tersebut menyulitkan petugas yang ingin membersihkan pelataran BKB karena khawatir terkena petasan, selain itu perang petasan juga menyisakan sampah-sampah kertas.
Maraknya anak-anak bermain petasan lantaran harganya yang sangat murah, seperti petasan korek bisa didapatkan dengan Rp5.000 per bungkus isi 100 batang, petasan 'santak' Rp10.000 per bungkus isi 50 batang dan petasan disko Rp5.000 per butir.
Petasan-petasan tersebut dijual oleh para pedagang di bawah Jembatan Ampera, umumnya mereka menyediakan ribuan petasan berbagai jenis, bahkan di antara penjual petasan ada yang berusia 14 tahun.
"Saya datang sebelum subuh ke sini, sangat banyak yang membeli petasan terutama anak-anak usia sekolah dasar laki-laki maupun perempuan, karena berkelompok jadi mereka belinya patungan," ujar salah seorang penjual petasan, Gilang Arman.
Gilang mengaku setiap tahun berjualan petasan pada hari pertama Ramadhan, ia bisa meraup untung bersih hingga Rp200.000 dari ribuan petasan yang dijual.
Tidak nampak petugas keamanan dari pihak terkait yang mengawasi ataupun menertibkan perang petasan tersebut, membuat para penjual petasan bebas berjualan dan anak-anak tak terbendung melemparkan petasan di mana saja.
Baca juga: Polisi imbau pedagang tidak jual petasan
Baca juga: Bunyi petasan kembali terdengar malam pertama Ramadhan
Baca juga: Tim gabungan sita ribuan petasan di Lhokseumawe
Pantauan Antara, Senin pagi, ribuan masyarakat yang mayoritas anak-anak dan remaja berkumpul di BKB sejak sebelum sholat subuh, nampak anak-anak usia sekolah dasar secara berkelompok saling melempar petasan ke sembarang arah sehingga sangat membahayakan meski petasan berdaya ledak kecil.
"Sudah jadi kebiasaan di sini tempat masyarakat bermain petasan. Dilarang juga percuma tidak akan mempan," kata salah seorang petugas kebersihan area BKB, Rosidi.
Menurutnya perang petasan sudah jadi seperti tradisi yang selalu dilakukan setiap awal Bulan Ramadhan, namun ia menyebut perang petasan di BKB tahun ini kurang ramai dibanding tahun 2018.
Ulah anak-anak tersebut menyulitkan petugas yang ingin membersihkan pelataran BKB karena khawatir terkena petasan, selain itu perang petasan juga menyisakan sampah-sampah kertas.
Maraknya anak-anak bermain petasan lantaran harganya yang sangat murah, seperti petasan korek bisa didapatkan dengan Rp5.000 per bungkus isi 100 batang, petasan 'santak' Rp10.000 per bungkus isi 50 batang dan petasan disko Rp5.000 per butir.
Petasan-petasan tersebut dijual oleh para pedagang di bawah Jembatan Ampera, umumnya mereka menyediakan ribuan petasan berbagai jenis, bahkan di antara penjual petasan ada yang berusia 14 tahun.
"Saya datang sebelum subuh ke sini, sangat banyak yang membeli petasan terutama anak-anak usia sekolah dasar laki-laki maupun perempuan, karena berkelompok jadi mereka belinya patungan," ujar salah seorang penjual petasan, Gilang Arman.
Gilang mengaku setiap tahun berjualan petasan pada hari pertama Ramadhan, ia bisa meraup untung bersih hingga Rp200.000 dari ribuan petasan yang dijual.
Tidak nampak petugas keamanan dari pihak terkait yang mengawasi ataupun menertibkan perang petasan tersebut, membuat para penjual petasan bebas berjualan dan anak-anak tak terbendung melemparkan petasan di mana saja.
Baca juga: Polisi imbau pedagang tidak jual petasan
Baca juga: Bunyi petasan kembali terdengar malam pertama Ramadhan
Baca juga: Tim gabungan sita ribuan petasan di Lhokseumawe
Pewarta: Aziz Munajar
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019
Tags: