Warga Kota Madiun gelar tradisi "Megengan" sambut Ramadhan
4 Mei 2019 20:25 WIB
Sejumah warga sedang melakukan selamatan dan santap bersama dalam tradisi Megengan di Musala Al-Amin Kelurahan Nambangan Kidul, Kecamatan Manguharjo, Kota Madiun, Jatim. Tradisi megengan digelar sebagai ungkapan kegembiraan umat Islam dalam bulan suci Ramadhan (Antaranews Jatim/Louis Rika)
Madiun (ANTARA) - Warga Kota Madiun, Jawa Timur, menggelar tradisi "megengan" dengan selamatan dan menukar berkat makanan sebagai tradisi dalam menyambut bulan Ramadhan.
Selamatan megengan dilakukan selepas magrib di masing-masing masjid ataupun mushala yang ada di tiap rukun tetangga (RT) yang tersebar di seluruh wilayah Kota Madiun.
"Dalam selamatan itu, selain melantunkan ayat-ayat suci Alquran, juga menukarkan berkat makanan yang dibawa oleh masing-masing kepala keluarga," ujar Ketua Takmir Musala Al-Amin di Kelurahan Nambangan Kidul, Kecamatan Manguharjo, Kota Madiun, Mbah Untung di Madiun, Sabtu.
Menurut dia, tujuan dari kegiatan megengan tersebut adalah bersyukur atas berkah bulan Ramadhan yang suci dan mohon lindungan Allah SWT untuk lancar dalam menjalankan puasa dan semua urusan keluarga.
Umumnya selamatan megengan tersebut dilakukan beberapa hari sebelum Ramadhan. Berkat makanan yang dibawa oleh masing-masing keluarga bervariasi sesuai dengan kemampuan. Namun, jika menurut tradisi, megengan identik dengan jajanan atau kue apem.
"Kalau dulu, megengan harus ada kue apemnya. Namun, seiring kemajuan zaman, kue apem sudah jarang yang membuatnya. Sehingga makanan apa saja bisa untuk megengan. Yang penting niatnya," terang Mbah Untung.
Pihaknya bersyukur tradisi megengan masih dilakukan masyarakat Kota Madiun. Sebab, tradisi tersebut terancam hilang seiring kemajuan zaman.
Salah satu warga lingkungan setempat, Aris Sriyono, mengaku senang dengan tradisi megengan. Selain untuk menyiapkan diri menyambut bulan Ramadhan, selamatan megengan juga merupakan acara silaturahmi dengan warga satu RT.
"Tradisi ini ajang untuk kumpul dan bersosialisasi. Yang lebih penting lagi kegiatan ini menyiapkan lahir dan batin kita untuk menjalani puasa di bulan Ramadhan," kata Aris.
Selain megengan, tradisi lain menjelang Ramadhan yang masih lestari di Kota Madiun adalah ziarah kubur ke makam leluhur dengan membawa bunga mawar untuk ditabur di atas pusara. Makam-makam leluhur itu juga dibersihkan dari rerumputan dan dedaunan.
"Tujuannya adalah mendoakan keluarga yang sudah meninggal agar diberi ketenangan dan diampuni segala dosanya," ujar salah satu warga Kelurahan Winongo, Kota Madiun, Sudrajat.
Tradisi lainnya adalah menggelar kenduri atau selamatan kirim doa untuk arwah para leluhur. Kenduri tersebut juga sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan karena masih bisa merasakan bulan Ramadhan yang penuh berkah dan memohon keselamatan agar lancar dalam menjalani ibadah puasa.
Selamatan megengan dilakukan selepas magrib di masing-masing masjid ataupun mushala yang ada di tiap rukun tetangga (RT) yang tersebar di seluruh wilayah Kota Madiun.
"Dalam selamatan itu, selain melantunkan ayat-ayat suci Alquran, juga menukarkan berkat makanan yang dibawa oleh masing-masing kepala keluarga," ujar Ketua Takmir Musala Al-Amin di Kelurahan Nambangan Kidul, Kecamatan Manguharjo, Kota Madiun, Mbah Untung di Madiun, Sabtu.
Menurut dia, tujuan dari kegiatan megengan tersebut adalah bersyukur atas berkah bulan Ramadhan yang suci dan mohon lindungan Allah SWT untuk lancar dalam menjalankan puasa dan semua urusan keluarga.
Umumnya selamatan megengan tersebut dilakukan beberapa hari sebelum Ramadhan. Berkat makanan yang dibawa oleh masing-masing keluarga bervariasi sesuai dengan kemampuan. Namun, jika menurut tradisi, megengan identik dengan jajanan atau kue apem.
"Kalau dulu, megengan harus ada kue apemnya. Namun, seiring kemajuan zaman, kue apem sudah jarang yang membuatnya. Sehingga makanan apa saja bisa untuk megengan. Yang penting niatnya," terang Mbah Untung.
Pihaknya bersyukur tradisi megengan masih dilakukan masyarakat Kota Madiun. Sebab, tradisi tersebut terancam hilang seiring kemajuan zaman.
Salah satu warga lingkungan setempat, Aris Sriyono, mengaku senang dengan tradisi megengan. Selain untuk menyiapkan diri menyambut bulan Ramadhan, selamatan megengan juga merupakan acara silaturahmi dengan warga satu RT.
"Tradisi ini ajang untuk kumpul dan bersosialisasi. Yang lebih penting lagi kegiatan ini menyiapkan lahir dan batin kita untuk menjalani puasa di bulan Ramadhan," kata Aris.
Selain megengan, tradisi lain menjelang Ramadhan yang masih lestari di Kota Madiun adalah ziarah kubur ke makam leluhur dengan membawa bunga mawar untuk ditabur di atas pusara. Makam-makam leluhur itu juga dibersihkan dari rerumputan dan dedaunan.
"Tujuannya adalah mendoakan keluarga yang sudah meninggal agar diberi ketenangan dan diampuni segala dosanya," ujar salah satu warga Kelurahan Winongo, Kota Madiun, Sudrajat.
Tradisi lainnya adalah menggelar kenduri atau selamatan kirim doa untuk arwah para leluhur. Kenduri tersebut juga sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan karena masih bisa merasakan bulan Ramadhan yang penuh berkah dan memohon keselamatan agar lancar dalam menjalani ibadah puasa.
Pewarta: Louis Rika Stevani
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2019
Tags: