Ternate (ANTARA) - Tradisi ziarah kubur yang dilakukan masyarakat Ternate, Maluku Utara (Malut), dalam menyambut Bulan Suci Ramadhan memberi kontribusi terhadap peningkatan pendapatan terhadap para penjual daun pandan di daerah ini.

"Pada hari-hari biasa pendapatan saya paling tinggi Rp100.000 per hari, tetapi setiap menjelang Bulan Suci Ramadhan seperti sekarang ini pendapatan saya meningkat sampai diatas Rp500.000 per hari," salah seorang penjual daun pandan di kawasan Kubur Islam Ternate, Halima, Sabtu (4/5).

Bagi masyarakat di wilayah Kesultanan Ternate ini daun pandan tidak hanya menjadi bahan pengharum masakan, tetapi juga menjadi bahan penting dalam ritual ziarah kubur yakni untuk ditaburkan diatas makam.

Menurut ibu yang sudah menjadi penjual daun pandan sejak 10 tahun terakhir ini, walaupun pembeli daun pandan untuk keperluan ziarah kubur melonjak ia dan rekan-rekannya tidak menaikkan harga yakni Rp5.000 per kantung (yang sudah diiris kecil).

Mereka mendapatkan daun pandan dari kebun sendiri, tetapi ada pula yang membelinya dari petani dengan harga Rp50.000 per ikat berisi sekitar 100 lembar daun pandan yang setelah diiris kecil bisa menghasilkan sedikitnya 20 kantung atau senilai Rp100.000.

Soleman, salah seorang tokoh di Ternate menjelaskan penggunaan daun pandan dalam ziarah kubur sudah menjadi kebiasaan sejak zaman dahulu dengan filosofi daun pandan akan membawa aroma harum di area kubur.

Selain itu, daun pandan juga dipercaya dapat menjadi media spiritual untuk menghubungkan dengan arwah orang tua atau keluarga yang meninggal, karena arwah yang ada di alam kubur diyakini mendengarkan apa yang disampaikan peziarah di kubur.

Menurut dia, daun pandan itu juga banyak digunakan dalam berbagai ritual lainnya, seperti saat batahlil di rumah dalam rangka menyambut Bulan Suci Ramadhan atau kegiatan adat lainnya.

Banyaknya daun pandan dalam berbagai kegiatan ritual masyarakat Ternate mendorong setiap masyarakat di daerah ini, terutama yang memiliki lahan untuk menanamnya walaupun hanya satu pohon.