Pontianak (ANTARA) - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kalimantan Barat mengimbau umat Muslim di daerah tersebut untuk benar-benar memanfaatkan momentum ibadah puasa Ramadhan dengan lebih memperbaiki diri, memperbanyak aman ibadah, dan pendekatan diri kepada Allah SWT.
"Untuk sementara kami perkirakan 1 Ramadhan jatuh pada hari Senin, 6 Mei 2019. Namun, kita semua masih menunggu keputusan dan pengumuman resmi dari pemerintah. Dari hasil sidang isbat yang diperkirakan akan diselenggarakan pada hari Ahad nanti," kata Ketua MUI Kalbar M. Basri HAR di Pontianak, Sabtu.
Terkait dengan hal itu, MUI Kalbar mengimbau seluruh umat Islam di Kalbar mempersiapkan diri, baik kesehatan fisik maupun mental, untuk menjalankan ibadah dalam Bulan Suci Ramadhan.
"Umat Islam harus punya tekad serta komitmen untuk bisa menjalankan ibadah yang terbaik selama Ramadhan. Tidak hanya menjalankan puasa saja, namun tetap menjalankan shalat lima waktu, shalat tarawih dan tadarusan, serta memperbanyak kegiatan amal ibadah lainnya," kata dia.
Dia menambahkan bahwa berpuasa hendaknya tidak sekadar menahan lapar dan haus.
Akan tetapi, katanya, berpuasa juga harus mampu menahan diri dari hawa nafsu yang berlebihan. Orang berpuasa juga tidak mencaci maki, membicarakan kejelekan orang lain, serta menjaga hati, pikiran, dan penglihatan dari hal-hal negatif.
"Selain berpuasa, di malam hari Bulan Ramadhan mari kita bersama melaksanakan 'qiyam' Ramadhan, yaitu melaksanakan shalat malam seperti tarawih secara baik, memakmurkan masjid dan bertadarus serta membayar zakat fitrah," katanya.
Ia mengharapkan pada Ramadhan tahun ini, umat bisa memperbaiki akidah serta amal ibadah sehingga terlahir fitrah kembali dengan kualitas keimanan dan aman ibadah menjadi lebih baik.
Kebaikan itu, kata dia, tidak hanya pada Bulan Puasa, akan tetapi setiap hari.
Meningkatkan Toleransi
Basri mengatakan selain untuk mempertebal keimanan, Ramadhan juga bisa menjadi momentum untuk meningkatkan hidup bertoleransi. Toleransi bisa antarumat beragama, antarmasyarakat, dan antarsesama manusia.
"Saya berharap kepada pemeluk agama lain pada Bulan Puasa yang tidak melaksanakan puasa agar dapat menghormati. Hargailah umat Islam yang sedang menjalankan ibadah puasa dengan tidak secara demonstratif menunjukkan bahwa mereka tidak puasa," katanya.
Kepada seluruh pemilik warung makanan dan minuman, katanya, dapat lebih tertutup warungnya dengan menggunakan kain atau lainnya. Apalagi warung makan dan minuman milik umat Islam, kalau bisa tidak buka pada siang hari.
"Mereka bisa buka menjelang berbuka puasa," katanya.
Untuk tempat-tempat hiburan malam, ia mengimbau ditiadakan selama Bulan Puasa.
"Dalam hal ini kami mengimbau percayakan saja kepada pemerintah dan aparat keamanan untuk menertibkan tempat-tempat hiburan malam yang ada di Kota Pontianak dan Kalbar pada umumnya," kata dia.
Hal yang dinilainya tidak kalah pentingnya pada Ramadhan tahun ini terkait dengan pelaksanaan pemilu, agar umat Islam kembali bersatu dan tidak terpecah belah karena beda pilihan partai dan pilihan presiden.
"Mari kita kembali rajut tali silaturahmi, setelah pemilu ya sudah saat ini mari bersatu kembali karena dengan persatuan itulah kita bisa membangun bangsa dan negara ini. Namun, bila kita terpecah belah maka kita akan hancur-hancuran," katanya.
Dia mengharapkan selama Ramadhan tidak terjadi pemadaman listrik. Pada tahun-tahun sebelumnya, saat berbuka dan saur sering terjadi pemadaman listrik. Namun, hal itu tidak bisa juga disalahkan sepenuhnya kepada pihak PLN.
"Pemadaman listrik ini harus juga menjadi perhatian kita bersama, terutama bagi orang haruslah mengawasi dan melarang anak-anaknya yang sering bermain layang-layang dengan menggunakan kawat. Penggunaan tali kawat pada layang-layang selain membahayakan nyawa diri sendiri juga merugikan orang lain," katanya.
Terkait dengan padamnya listrik itu, menurut Basri, alasan PLN lebih dikarenakan tali kawat untuk layang-layang yang menyangkut di jaringan listrik.
"Ini untuk kita semua khususnya bagi umat Islam. Bila listrik tetap lancar maka kita semua enak baik saat menjelang buka puasa, shalat tarawih, dan subuhnya untuk bersahur. Saya yakin pihak PLN tetap berusaha memberi pelayanan sebaik-baiknya," kata dia.
Dalam menyikapi terjadinya perbedaan tentang mulai jatuhnya hari pertama puasa, 1 Ramadhan dan perayaan Idul Fitri, Ketua MUI Basir mengatakan hal itu jangan menjadikan umat terpecah belah karena masing-masing golongan mempunyai dasar dalam penentuan hari pertama puasa.
"Ada golongan patokannya menggunakan hisab wujudul hilal artinya hilal sudah di atas ufuk, walaupun hilal baru nampak 0,5 derajat hari pertama sudah ditetapkan. Sementara pihak lain menganut sistem rukyatulhilal artinya melihat hilal. Nah, karena rukyatulhilal tidak mudah dilihat maka diberi kriteria dua derajat di atas ufuk baru hari pertama puasa ditentukan. Namun, kami berharap perbedaan itu tidak perlu dipermasalahkan," katanya.
Dia mengatakan kebijakan bersama dalam menyikapi perbedaan itu dibutuhkan untuk saling menghormati dan saling menghargai.
"Janganlah kita permasalahkan perbedaan tersebut, silakan menjalankan keyakinan masing-masing," katanya.
MUI Kalbar: Ramadhan momentum perbaiki diri dan perbanyak amal
4 Mei 2019 10:53 WIB
Ketua MUI Kalbar M. Basri HAR (ANTARA/Slamet Ardiansyah)
Pewarta: Slamet Ardiansyah
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019
Tags: