LTMPT : tingkat kesukaran soal UTBK tunanetra sama
3 Mei 2019 21:29 WIB
Siswa penyandang tunanetra mengerjakan soal Ujian Nasional SMALB di gedung Sekolah Panti Rehabilitasi Penyandang Cacat Netra (PRPCN) Palembang, Sumsel, Senin (1/4/2019). Tercatat sebanyak satu orang siswa penyandang tunanetra di Kota Palembang yang mengikuti Ujian Nasional. ANTARA FOTO/Feny Selly/pras.
Jakarta (ANTARA) - Ketua Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) Prof Ravik Karsidi mengatakan tingkat kesukaran soal Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) peserta disabilitas sama dengan peserta umum lainnya.
"Tingkat kesukarannya sama, yang berbeda hanya jumlah soalnya dibandingkan peserta umum. Lebih sedikit 20 persen," ujar Ravik dalam konferensi pers peluncuran"screen reader" di Jakarta, Jumat.
Dia menambahkan "screen reader" merupakan perangkat lunak untuk memberikan aksesibilitas bagi peserta tunanetra. Melalui metode itu, maka peserta disabilitas bisa mendengarkan soal UTBK.
"Semua materi UTBK dinarasikan dalam bentuk audio berupa bahasa, item soal telah diakomodasi berdasarkan kemampuan dan keterbatasan tunanetra," katanya.
Dengan metode tersebut, menurut dia, juga mempercepat membaca soal dibandingkan dengan rabaan huruf braille. Selain itu juga jumlah pengawas yang mendampingi lebih sedikit.
Teks bacaan tidak lebih dari tiga praragraf dan menghindari kata-kata visual. Jumlah peserta UTBK 2019 yang terdaftar sebagai peserta disabilitas tunanetra sebanyak 70 peserta yang terbagi dalam dua gelombang. Pada UTBK gelombang I terdapat 38 peserta yang akan mengikuti ujian pada tanggal 4 Mei 2019 dan untuk gelombang II terdapat 32 peserta yang akan mengikuti ujian pada tanggal 25 Mei 2019.
Lokasi ujian bagi tunanetra tersebar di 18 Pusat UTBK dan terbanyak akan melaksanakan ujian di Pusat UTBK Universitas Negeri Yogyakarta yaitu 16 peserta dan Pusat UTBK Universitas Pendidikan Indonesia yaitu 12 peserta. Sejumlah 63 tunanetra mengikuti kelompok soshum dan tujuh di saintek.***3***
"Tingkat kesukarannya sama, yang berbeda hanya jumlah soalnya dibandingkan peserta umum. Lebih sedikit 20 persen," ujar Ravik dalam konferensi pers peluncuran"screen reader" di Jakarta, Jumat.
Dia menambahkan "screen reader" merupakan perangkat lunak untuk memberikan aksesibilitas bagi peserta tunanetra. Melalui metode itu, maka peserta disabilitas bisa mendengarkan soal UTBK.
"Semua materi UTBK dinarasikan dalam bentuk audio berupa bahasa, item soal telah diakomodasi berdasarkan kemampuan dan keterbatasan tunanetra," katanya.
Dengan metode tersebut, menurut dia, juga mempercepat membaca soal dibandingkan dengan rabaan huruf braille. Selain itu juga jumlah pengawas yang mendampingi lebih sedikit.
Teks bacaan tidak lebih dari tiga praragraf dan menghindari kata-kata visual. Jumlah peserta UTBK 2019 yang terdaftar sebagai peserta disabilitas tunanetra sebanyak 70 peserta yang terbagi dalam dua gelombang. Pada UTBK gelombang I terdapat 38 peserta yang akan mengikuti ujian pada tanggal 4 Mei 2019 dan untuk gelombang II terdapat 32 peserta yang akan mengikuti ujian pada tanggal 25 Mei 2019.
Lokasi ujian bagi tunanetra tersebar di 18 Pusat UTBK dan terbanyak akan melaksanakan ujian di Pusat UTBK Universitas Negeri Yogyakarta yaitu 16 peserta dan Pusat UTBK Universitas Pendidikan Indonesia yaitu 12 peserta. Sejumlah 63 tunanetra mengikuti kelompok soshum dan tujuh di saintek.***3***
Pewarta: Indriani
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019
Tags: