Manajer Bhayangkara minta polisi periksa laga timnya versus PSM
3 Mei 2019 21:21 WIB
Pesepak bola PSM Makassar Zulham M Zamrun (kiri) berusaha melewati pesepak bola Bhayangkara FC Bagas Adi Nugroho (kanan) pada pertandingan leg kedua delapan besar Piala Indonesia 2018-2019 di Stadion Andi Mattalatta, Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (3/5/2019). PSM Makassar menang atas Bhayangkara FC dengan skor 2-0. ANTARA FOTO/Sahrul Manda Tikupadang/foc.
Jakarta (ANTARA) - Manajer Bhayangkara FC AKBP Sumardji meminta Satgas Anti-Mafia Bola Polri memeriksa laga leg kedua babak delapan besar Piala Indonesia 2018-2019 di Stadion Andi Mattalatta Mattoanging, Makassar, Jumat (3/5), yang mempertandingkan Bhayangkara FC versus PSM Makassar.
Dihubungi dari Jakarta, Jumat, Sumardji menilai ada kejanggalan dalam beberapa keputusan wasit, khususnya wasit tengah Nusur Fadilah. Di laga yang berakhir dengan skor 2-0 untuk kemenangan PSM, sekaligus menyingkirkan Bhayangkara FC dari Piala Indonesia 2018-2019 itu.
"Laga ini harus diperiksa. PSSI juga mesti turun tangan. Harus ada sanksi untuk wasit dan asisten wasit seperti dihukum seumur hidup," ujar Sumardji.
Salah satu keputusan wasit yang dinilai Sumardji mencurigakan adalah ketika Nusur tidak mengesahkan gol tendangan bebas bek Bhayangkara Anderson Salles di menit ke-29.
Padahal, bola yang ditendang Salles mendarat di belakang garis gawang setelah memantul di mistar bagian dalam.
Para pemain Bhayangkara melayangkan protes kepada Nusur dan di saat bersamaan, PSM melakukan serangan balik yang berbuah gol M Rahmat. Gol itu dianggap legal oleh Nusur.
"Bahkan, dari jauh kelihatan sepakan Anderson itu gol, benar murni gol. Jala gawang bergoyang. Asisten wasit dan wasit tengah sepertinya sudah bekerja sama untuk memenangkan salah satu tim," kata Sumardji.
Sumardji juga bingung kenapa wasit tidak menghentikan laga sejenak ketika pemain Bhayangkara melakukan protes.
"Ini bukan pertandingan, ini seperti sirkus. Laga ini sudah dipesan, tetapi saya tidak tahu siapa yang pesan," tutur Sumardji.
Sebagai tindak lanjut, Sumardji mendesak PSSI untuk tidak menurunkan wasit di laga tersebut di Liga 1 Indonesia.
Menurut dia, jika wasit tersebut tetap ditugaskan di liga, sepak bola Indonesia tidak akan maju dan berpengaruh ke psikologis pemain.
"Kapan sepak bola Indonesia baik. Kasihan anak-anak, letih berlatih setiap hari. Klub pun sudah membayar gaji, tetapi masih seperti ini. Kalau begitu kami lebih baik bayar wasit saja, lalu bermain jelek," ujar Sumardji.
Bhayangkara FC gagal lolos ke semifinal Piala Indonesia 2018-2019 usai dikalahkan PSM Makassar dengan skor 2-0 dalam laga leg kedua babak delapan besar yang berlangsung di Stadion Andi Mattalatta Mattoanging, Makassar, Jumat (3/5).
Bhayangkara kalah agresivitas gol tandang karena di leg perdana yang digelar di Stadion Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian, Jakarta, klub berjuluk The Guardian itu menang dengan skor 4-2.
Dihubungi dari Jakarta, Jumat, Sumardji menilai ada kejanggalan dalam beberapa keputusan wasit, khususnya wasit tengah Nusur Fadilah. Di laga yang berakhir dengan skor 2-0 untuk kemenangan PSM, sekaligus menyingkirkan Bhayangkara FC dari Piala Indonesia 2018-2019 itu.
"Laga ini harus diperiksa. PSSI juga mesti turun tangan. Harus ada sanksi untuk wasit dan asisten wasit seperti dihukum seumur hidup," ujar Sumardji.
Salah satu keputusan wasit yang dinilai Sumardji mencurigakan adalah ketika Nusur tidak mengesahkan gol tendangan bebas bek Bhayangkara Anderson Salles di menit ke-29.
Padahal, bola yang ditendang Salles mendarat di belakang garis gawang setelah memantul di mistar bagian dalam.
Para pemain Bhayangkara melayangkan protes kepada Nusur dan di saat bersamaan, PSM melakukan serangan balik yang berbuah gol M Rahmat. Gol itu dianggap legal oleh Nusur.
"Bahkan, dari jauh kelihatan sepakan Anderson itu gol, benar murni gol. Jala gawang bergoyang. Asisten wasit dan wasit tengah sepertinya sudah bekerja sama untuk memenangkan salah satu tim," kata Sumardji.
Sumardji juga bingung kenapa wasit tidak menghentikan laga sejenak ketika pemain Bhayangkara melakukan protes.
"Ini bukan pertandingan, ini seperti sirkus. Laga ini sudah dipesan, tetapi saya tidak tahu siapa yang pesan," tutur Sumardji.
Sebagai tindak lanjut, Sumardji mendesak PSSI untuk tidak menurunkan wasit di laga tersebut di Liga 1 Indonesia.
Menurut dia, jika wasit tersebut tetap ditugaskan di liga, sepak bola Indonesia tidak akan maju dan berpengaruh ke psikologis pemain.
"Kapan sepak bola Indonesia baik. Kasihan anak-anak, letih berlatih setiap hari. Klub pun sudah membayar gaji, tetapi masih seperti ini. Kalau begitu kami lebih baik bayar wasit saja, lalu bermain jelek," ujar Sumardji.
Bhayangkara FC gagal lolos ke semifinal Piala Indonesia 2018-2019 usai dikalahkan PSM Makassar dengan skor 2-0 dalam laga leg kedua babak delapan besar yang berlangsung di Stadion Andi Mattalatta Mattoanging, Makassar, Jumat (3/5).
Bhayangkara kalah agresivitas gol tandang karena di leg perdana yang digelar di Stadion Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian, Jakarta, klub berjuluk The Guardian itu menang dengan skor 4-2.
Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2019
Tags: