BI proyeksikan nilai tukar rupiah stabil triwulan III-2019
3 Mei 2019 20:07 WIB
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan keterangan pers tentang hasil Rapat Dewan Gubernur BI bulan April 2019 di kantor pusat BI, Jakarta, Kamis (25/4/2019). Rapat Dewan Gubernur BI memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 6,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%, sejalan dengan upaya memperkuat stabilitas eksternal perekonomian Indonesia. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/ama.
Jakarta (ANTARA) - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memproyeksikan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada triwulan III-2019 cenderung mengalami penguatan.
"Di triwulan tiga maupun selanjutnya, nilai tukar akan stabil cenderung menguat," kata Perry di Jakarta, Jumat.
Perry mengatakan saat ini pergerakan nilai tukar rupiah saat ini masih dipengaruhi pola musiman karena tingginya permintaan dolar AS untuk deviden pembayaran di triwulan II-2019.
Selain itu, masih terdapat adanya sentimen "risk off" dari kemungkinan terjadinya perlambatan ekonomi serta pergerakan Peso Argentina dan Lira Turki yang memicu penguatan dolar AS.
Meski demikian, ia memastikan Bank Indonesia akan terus melakukan stabilisasi agar nilai tukar rupiah tetap terjaga sesuai fundamental.
Sebelumnya, pergerakan nilai tukar rupiah dalam beberapa minggu terakhir cenderung mengalami perlemahan hingga pada posisi saat ini kisaran Rp14.200-an per dolar AS.
Sementara itu, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir pekan terkoreksi seiring semakin kecilnya peluang suku bunga bank sentral AS The Fed atau Fed Fund Rate turun.
Rupiah melemah 14 poin atau 0,1 persen menjadi Rp14.266 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.252 per dolar AS.
"Ekspektasi bahwa The Federal Reserve selaku bank sentral AS akan memangkas tingkat suku bunga acuan pada tahun ini menjadi semakin memudar," kata Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Jumat.
The Fed telah memberi sinyal kuat bahwa pemangkasan suku bunga acuan tidak akan dilakukan tahun ini.
Baca juga: Jumat pagi, rupiah melemah, dekati Rp14.300
Baca juga: Analis: Rupiah kembali terkoreksi ikuti pelemahan mata uang Asia
"Di triwulan tiga maupun selanjutnya, nilai tukar akan stabil cenderung menguat," kata Perry di Jakarta, Jumat.
Perry mengatakan saat ini pergerakan nilai tukar rupiah saat ini masih dipengaruhi pola musiman karena tingginya permintaan dolar AS untuk deviden pembayaran di triwulan II-2019.
Selain itu, masih terdapat adanya sentimen "risk off" dari kemungkinan terjadinya perlambatan ekonomi serta pergerakan Peso Argentina dan Lira Turki yang memicu penguatan dolar AS.
Meski demikian, ia memastikan Bank Indonesia akan terus melakukan stabilisasi agar nilai tukar rupiah tetap terjaga sesuai fundamental.
Sebelumnya, pergerakan nilai tukar rupiah dalam beberapa minggu terakhir cenderung mengalami perlemahan hingga pada posisi saat ini kisaran Rp14.200-an per dolar AS.
Sementara itu, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir pekan terkoreksi seiring semakin kecilnya peluang suku bunga bank sentral AS The Fed atau Fed Fund Rate turun.
Rupiah melemah 14 poin atau 0,1 persen menjadi Rp14.266 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.252 per dolar AS.
"Ekspektasi bahwa The Federal Reserve selaku bank sentral AS akan memangkas tingkat suku bunga acuan pada tahun ini menjadi semakin memudar," kata Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Jumat.
The Fed telah memberi sinyal kuat bahwa pemangkasan suku bunga acuan tidak akan dilakukan tahun ini.
Baca juga: Jumat pagi, rupiah melemah, dekati Rp14.300
Baca juga: Analis: Rupiah kembali terkoreksi ikuti pelemahan mata uang Asia
Pewarta: Satyagraha
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019
Tags: