Baghdad (ANTARA News) - Warga Irak yang terbunuh sepanjang November sebanyak 606 jiwa dan jumlah itu merupakan suatu penurunan sejak terjadinya kekerasan sektarian yang meletus pada bulan Februari tahun lalu, ungkap data resmi yang disebarluaskan, Sabtu. Penurunan korban sipil, tentara dan polisi Irak itu memperkuat pernyataan pejabat Amerika Serikat maupun Irak bahwa penumpasan yang dilakukan militer terhadap kelompok perlawanan di seluruh pelosok negeri itu telah meraih hasil. Data -- yang dikumpulkan bersama oleh kementerian dalam negeri, pertahanan serta kesehatan Irak itu didapat AFP dan menunjukkan bahwa 606 orang tewas pada November, sedangkan korban pada Oktober sejumlah 887 dan pada September 840 korban jiwa. Angka korban terendah sebelumnya yaitu 637 jiwa, terjadi pada Februari 2006. Ketika itu tempat suci kaum Syiah di kota Sammara dibom sehingga memicu konflik sektarian di seluruh pelosok negeri yang berlangsung hingga sekarang. Data pada November itu menunjukkan bahwa mereka yang tewas terdiri dari 537 penduduk sipil, 24 tentara dan 45 polisi. Sejumlah 521 penduduk sipil, 64 tentara dan 119 polisi cedera pada November sedangkan 240 anggota garis keras tewas dan 2.090 lainnya ditahan oleh pasukan keamanan. Pada Oktober, 758 penduduk sipil, 116 polisi dan 13 tentara tewas dalam serangan yang terjadi di seluruh penjuru Irak. Pertumpahan darah yang meletus sesudah serangan di tempat suci Al-Askari di Samarra pada Februari 2006, mencapai puncak pada Januari tahun ini dengan korban tewas 1.992 orang. Jumlah warga Irak yang menjadi korban, sulit untuk ditelusuri karena para pejabat seringkali menerima laporan setelah peristiwanya lewat berhari-hari, demikian AFP.(*)