Jakarta (ANTARA) - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa pemerintah tengah fokus menggenjot kinerja industri padat karya berorientasi ekspor, karena dinilai berperan penting dalam memperkuat struktur perekonomian saat ini.

“Kita punya beberapa sektor unggulan, seperti industri tekstil, pakaian, dan alas kaki. Selain itu yang berbasis lifestyle, seperti industri kerajinan, perhiasan dan furnitur, juga punya potensi untuk lebih menjangkau pasar ekspor yang lebih luas lagi,” kata Airlangga lewat keterangannya di Jakarta, Kamis.

Oleh karena itu, Kemenperin bertekad untuk konsisten menjalankan kebijakan hiirisasi industri, yang tujuan utamanya adalah meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri.

Langkah strategis ini juga membawa efek positif yang berantai, seperti peningkatan pada penyerapan tenaga kerja dan penerimaan devisa dari ekspor.

Kemenperin mencatat, selama empat tahun terakhir, ekspor dari industri pengolahan nonmigas terus meningkat. Pada 2015, nilai ekspor produk manufaktur mencapai 108,6 miliar dolar AS, naik menjadi 110,5 miliar dolar AS pada 2016.

Pada 2017, ekspor produk nonmigas tercatat di angka 125,1 miliar dolar AS, melonjak hingga 130 miliar dolar AS di tahun 2018 atau naik 3,98 persen. Di tahun lalu, kontribusi produk menufaktur mencapai 72,25 persen.

“Selama ini, produk manuaktur menjadi penyumbang terbesar terhadap nilai ekspor nasional. Di tahun 2019, kami akan lebih genjot lagi sektor industri manufaktur untuk meningkatkan ekspor, terutama yang punya kapasitas lebih,” ungkap Airlangga.

Bahkan, dengan kondisi politik dan ekonomi di Indonesia yang tetap stabil setelah penyelenggaraan Pemilu 2019, diyakini geliat industri manufaktur terus menunjukkan ke arah yang positif.

“Kalau kita lihat kondisi industri saat ini berdasarkan purchasing manager index (PMI), tingkat kepercayaan dari pelaku industri cukup tinggi. PMI indeks kita selalu di atas 50, kecuali bulan Januari. Karena saat Januari kontrak baru dikasih,” terangnya.

Baca juga: Mendag sebut ekspor naik 8 persen dengan manfaatkan Industri 4.0