Timika (ANTARA) - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignatius Jonan mendorong PT Freeport Indonesia melakukan eksplorasi untuk menemukan cadangan baru mineral tembaga, emas dan perak di area konsesinya agar bisa dikelola sepenuhnya oleh putra-putri Indonesia khususnya Papua pascaberakhirnya masa Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) pada 2041.

Hal itu dikemukakan Menteri Jonan saat meresmikan sejumlah fasilitas program pemberdayaan masyarakat lokal Suku Amungme dan Kamoro yang dibangun dengan dana kemitraan PT Freeport Indonesia oleh Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) bertempat di Sekolah Taruna Papua SP4, Timika, Kamis.

"Kalau dalam 20 tahun ini kita bisa mengeksplorasi lagi, mungkin dalam waktu 100 tahun ke depan cadangan bijih tembaga, emas dan perak di area Freeport ini belum habis. Jadi, masih ada banyak sekali. Mudah-mudahan ini bisa dikelola dengan baik," kata Jonan.

Saat ini, katanya, kapasitas produksi biji tembaga, emas dan perak PT Freeport Indonesia di lokasi tambang Tembagapura, Mimika, Papua mencapai rata-rata 3 juta ton per tahun.

Dengan asumsi kapasitas produksi biji tembaga, emas dan perak sekitar 3 juta ton per tahun maka setelah 2041 diperkirakan masih terdapat cadangan bijih mineral untuk bisa ditambang sekitar 15 tahun lagi.

Sebelum mengunjungi Sekolah Taruna Papua untuk meresmikan sejumlah fasilitas program pemberdayaan masyarakat lokal yang dibangun oleh LPMAK dan PT Freeport, Menteri Jonan melakukan pemantauan dari udara menggunakan helikopter kawasan pengendapan pasir sisa tambang atau tailing PT Freeport Indonesia di kawasan dataran rendah Mimika, di sisi utara Kota Timika.

Jonan mengaku menghabiskan waktu sekitar 30-40 menit berputar-putar dengan helikopter Airfast milik PT Freeport untuk melihat langsung kawasan pengendapan tailing dan upaya rehabilitasi lingkungan setempat yang dilakukan oleh Freeport seperti di Mile 21 Maurupauw.

Terkait pengelolaan dampak lingkungan hidup akibat operasi pertambangan Freeport di Mimika, Menteri Jonan meminta pihak Freeport sungguh-sungguh menerapkan standar pelestarian lingkungan hidup.

"Ini harus, tidak boleh dilanggar. Sekarang sudah ada program atau roadmap yang harus dijalankan oleh PT Freeport sampai 2041. Itu harus tetap diikuti," ujarnya.

Jonan juga menganjurkan agar pihak Freeport membudidayakan tanaman keras seperti pohon merbau di kawasan pengendapan tailing.

"Coba ditanam kayu merbabu. Kalau itu bisa hidup maka tanaman lain pasti bisa survive. Kalau tanaman keras bisa hidup, walaupun proses tumbuhnya butuh waktu lama maka kawasan yang terkena dampak ini bisa dilestarikan kembali," ujar mantan Menteri Perhubungan itu.

Kepada para tokoh adat Suku Amungme dan Kamoro serta pihak gereja lokal di Timika, Menteri ESDM mengajak agar mereka juga ikut terlibat aktif mendorong masyarakat untuk melestarikan lingkungan sekitar.

"Kebetulan ada Bapak Uskup Timika (Mgr John Philip Saklil), tolong gereja juga ikut mendorong pelestarian lingkungan hidup sebab bumi yang kita huni ini bukan warisan nenek moyang tapi milik Tuhan. Ini titipan anak cucu kita di kemudian hari yang harus kita jaga agar kelak mereka juga bisa hidup baik lebih baik dari kondisi kita hari ini," kata Jonan.

Usai meresmikan sejumlah fasilitas program pemberdayaan masyarakat yang dibangun oleh LPMAK dan PT Freeport, Menteri ESDM bersama rombongan meninjau Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM) Timika yaitu fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat lokal tujuh suku di Kabupaten Mimika.

Pada Jumat (3/5), Jonan bersama rombongan dijadwalkan melakukan kunjungan langsung ke kawasan pertambangan PT Freeport Indonesia di Tembagapura baik kawasan tambang terbuka Grasberg maupun tambang bawah tanah.

Baca juga: Jonan: Tak boleh lagi ada perasaan PT Freeport milik asing
Baca juga: Serikat Pekerja dan Serikat Buruh Freeport Peringati Hari Buruh 2019